INFO LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Kamis, 13 Januari 2011

Sekolah Islam Perancis Terancam Gulung Tikar

Sekolah Islam tertua sekaligus tersukses di Perancis, Islam Reussite, terancam gulung tikar karena problem finasial, sementara pemerintah menolak untuk memberikan hibah yang sama sebagaimana yang diterima oleh sekolah berbasis agama lainnya. "Kami mengalami kebangkrutan karena hutang-hutang kami," papar Yvonne Fazilleau, kepala Sekolah Islam Reussite (Ibn Rushd) kepada Guardian (26/5/2009). Sekolah tersebut terlilit hutang sebesar € 300.000 dan berada di ambang kebangkrutan."Pekan lalu akuntan kami berkata, 'kita tak ada uang lagi.'" Fazzileau mengatakan bahwa sekolah tersebut sejak tahun kemarin dikelola melalui hasil amal. "Satu-satunya jalan bangi kami adalah keluar dan memohon bantuan."

Saat ini administrasi sekolah menyatakan bahwa pihaknya masih mempunyai cukup uang untuk membayar gaji selama dua bulan, tetapi setelahnya tidak diketahui bagaimana nasib keuangannya. "Banyak dari guru-guru di sini tidak tahu apa yang mesti dilakukan," ujar Monya Zalila, seorang guru bahasa Inggris kepada Harian British. "Banyak yang merasa sedih, karena sampai saat ini kami tidak punya cukup biaya," imbuhnya. "Salah seorang guru berkata bahwa jika hasil kerjanya tidak dibayar, ia akan keluar dan mencari pekerjaan lain."
Pemerintah Perancis menyetujui pembangunan Reusissite pada Juli 2003 untuk menjadi sekolah menengah muslim pertama.  Tahun lalu (2008), sekolahan mencapai tingkat keberhasilan 100% dalam baccalaureat ( sertifikat sekunder), dibandingkan dengan sekolahan lokal lainnya yang lulus hanya 81%. Selama sejarah berdirinya, sekolah tersebut mengikuti kurikulum nasional Perancis dan menjadi salah satu sekolah paling sukses di seluruh penjuru Perancis. Pihak administrasi sekolah menyayangkan pemerintah yang tidak berusaha untuk mengeluarkan sekolah tersebut dari krisis keuangan yang tengah dialami. Pemerintah malah menolak memberikan bantuan kepada sekolah Islam, padahal di lain pihak, sekolah agama yang lain diberikan bantuan oleh pemerintah. "Kami telah mengajukan permintaan sebanyak tiga kali, dan sebanyak itu pula mereka mengatakan bahwa ada data yang kurang di file yang kami ajukan." "Padahal sayalah orang yang berwenang dalam mengirimkan data-data yang diperlukan, dan saya jamin tidak ada satu pun data yang luput."
Berdasarkan hukum Prancis, sekolah berbasis keagamaan yang menerapkan kurikulum nasional dan memenuhi syarat yang diperlukan, maka mempunyai hak untuk mendapatkkan dana dari pemerintah. Lebih dari 8000 sekolah Yahudi dan Kristen dibiayai oleh pemerintah. Namun, tidak satupun dari empat sekolah Islam di Prancis yang mendapatkan dana seperti itu. "Ini adalah negara saya, dan negara ini seharusnya bisa menerapkan keadilan," sesal Fazzileau. "Saya amat malu untuk mengatakan hal ini, tapi yang jelas ada perlakuan diskriminatif terhadap muslim di Prancis."
Fazzileau tidak optimis akan masa depan sekolahnya. "Jika tidak ada seorang pun yang segara menolong kami, kami harus segera menutup sekolah ini." Ia memperingatkan bahwa penutupan sekolah tersebut akan berefek negatif terhadap sekitar 7 juta orang masyarakat Muslim di Perancis. Apalagi sejak pemerintah melarang jilbab di sekolah 4 tahun silam, sekolah Islam menjadi sati-satunya pilihan bagi umat Islam di Perancis.-iol/taq

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar