INFO LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Rabu, 06 Juni 2012

Pendidikan Islam di Denmark

Wikipedia [dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Islam_in_Denmark] menyebutkan bahwa Islam merupakan agama penduduk minoritas terbesar di Denmark. Menurut U.S. Department of State, hampr 3,7% penduduk Denmark adalah Muslim. Kebanyakan penduduk Denmark menganut agama Kristen, dengan Protestan membentuk sebanyak 92% dari orang Denmark dan Gereja Evangelical Lutheran merupakan gereja nasional. Pada 2005, 83.5% dari penduduk negara ini adalah anggota Folkekirken, gereja Kristen nasional befolkningstal.
Islam di Denmark mendapat perhatian (sorotan) cukup intens terjadi setelah publikasi kartun Nabi Muhammad saw oleh Jyllands Posten pada tahun 2005. Selebihnya, terdapat pula sejumlah aksi anti-Islam yang dilakukan oleh penduduk Denmark, dan sebagian penduduk Eropa dan Amerika lainnya. Pada satu sisi, anti-Islam tersebut menunjukkan bahwa penduduk Denmark sebenarnya anti-pluralisme, padahal pluralism merupakan salah satu doktrin (ajaran atau faham) yang mereka agung-agungkan. Pada sisi lain, aksi-aksi anti-Islam telah menyebabkan ketertarikan masyarakat Denmark (serta Eropa dan Amerika lainnya) terhadap Islam. Sebagian dari mereka justeru banyak yang kemudian tumbuh rasa empati dan simpatinya, serta tidak sedikit pula yang kemudian melakukan konversi ke dalam Islam. Universitas Copenhagen, misalnya, mengadakan penelitian mengenai tingkat konversi penduduk Denmark ke dalam Islam. Dalam hasil laporan setebal 69 halaman disebutkan bahwa adanya kecendrungan tersebut, sekalipun jumlah dan tingkat persentrasenya belum dapat dipastikan. Fenomena meningkatnya konversi penduduk Denmark ke dalam Islam ini tidak luput pula dari cibiran garis keras, mereka mengatakan bahwa "orang yang masuk Islam lebih banyak dari kalangan pengidap stress dan frustasi".
Pertumbuhan jumlah penduduk Muslim ini pun tidak lepas dari diksriminasi dari masyarakat mayoritas di Denmark ini. Pada tahun 2009, U.S. Department of State merelease mengenai kebebasan beragama di Denmark ini:

There were isolated incidents of anti-immigrant sentiment, including graffiti, low-level assaults, denial of service, and employment discrimination on racial grounds. Societal discrimination against religious minorities was difficult to distinguish from discrimination against ethnic minorities. The Government criticized the incidents and investigated several, but it brought few cases to trial specifically on charges of racial discrimination or hate crimes. Reports continued of incidents of desecration of ethnic and religious minority gravesites.[2]

Kini, Universitas Copenhagen sedang meneliti tentang larangan cadar bagi kalangan muslimah Denmark. Publikasi mengenai proses penelitian ini sedang berlangsung, termasuk di dalamnya Jyllands Posten ikut andil dalam publikasi ini. Juru bicara penanggung jawab operasi penggabungan milik Partai Konservatif menyerukan pentingnya melarang cadar yang dikenakan oleh beberapa perempuan Muslim. Seruan ini terus bergulis dalam waktu yang lama. Sehingga hal itu menyebabkan Pemimpin Partai Liberal, Lars Luka Rasmussen dan Pemimpin Partai Konservatif, Lenny Ospercyn mengadakan pertemuan darurat mengenai masalah ini.
******

Keberadaan Islam di Denmark tidak dapat dilepaskan dari kedatangan dan keberadaan kaum Imigran (tepatnya suaka politik) dari Iran, Irak, serta Gaza dan Tepi Barat (Palestina) sejak tahun 1980an. Pada tahun 1990an terdapat sejumlah imigran lain, kebanyakannya berasal dari Somalia dan Bosnia. Menurut Wikipedia, 40% dari penduduk Muslim Denmark berasal dari para pencari suaka politik ini. Selebihnya, sebagian dari penduduk muslim Denmark dihasilkan dari proses Family Reunification.

 Mesjid
Mesjid pertama yang di Denmark adalah mesjid Nusrat Jahan yang dibangun di Hvidovre, pinggiran Copenhagen, pada tahun 1967. Mesjid lain dicoba didirikan di Amager (dekan Copenhagen), namun kemudian terkendali pendanaan internal kalangan Muslim Denmark. Mereka juga dilarang untuk mencari pendanaan keluar negeri, terutama Iran dan Arab Saudi, karena kedua Negara ini dinilai sebagai rejim despotic oleh Danish People’s Party (DPP, yang gencar melakukan propaganda anti-Islam).


 Alhamdulillah, Denmark Masukkan Pendidikan Islam dalam Kurikulum

Kamis, 22 Maret 2012, 21:20 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, KOPENHAGEN; 

Parlemen Denmark baru-baru ini mengesahkan aturan baru, di mana setiap sekolah diwajibkan untuk memberikan pendidikan agama di luar agama Kristen. Langkah ini diambil dengan harapan dapat mengurangi prasangka agama dan radikalisme. Pemberian materi pendidikan agama di luar Kristen dimulai dari jenjang pendidikan dasar. Sebelum aturan baru diberlakukan, materi itu diberikan pada jenjang sekolah tingkat pertama. Ketua Asosiasi Pendeta Denmark (Den Danske Præstforening), Per Buchholdt, menyatakan kebijakan itu hanya mengubah fokus subyek masalah. "Masyarakat kita saat ini sama sekali berbeda. Saya pikir butuh waktu untuk memahami pentingnya agama dalam kehidupan orang lain dan masyarakat secara keseluruhan," kata dia seperti dikutip cphpost.dk, Kamis (22/6/2012). Ketua Asosiasi Paroki Gereja (Landsforening af Menighedsråd), Inge Lise Petersen, menilai kebijakan ini perlu mendapat apresiasi. "Tidak salah dengan hal itu. Akan tetapi, lebih sopan apabila siswa dengan latar belakang berbeda untuk berpura-pura bahwa mereka tidak ada," ucapnya.
Berbeda dengan kedua koleganya itu, Uskup Keuskupan Fyn (Kresten Drejergaard) menyatakan begitu banyak prasangka yang muncul. Kebijakan ini akan memberikan pandangan yang realistis terhadap Islam. Dengan demikian, ada kesempatan bagi Muslim untuk merasa diakui dan berdiri sejajar dengan umat agama lain. "Anak-anak tidak akan menjadi Muslim hanya karena mereka belajar tentang Islam," katanya.
Pemberlakuan aturan itu memang mendorong banyak sekolah untuk segera mengadopsi kurikulum tentang Islam. Wakil Walikota untuk Integrasi, Anna Mee Allerslev, berharap akan lebih banyak sekolah yang mengikuti. "Tak sedikit dari kalangan muda Denmark salah menginterpretasikan tentang Islam karena mereka mendapatkan banyak pengetahuan tentang agama ini dari media. Saya telah lama berpikir bahwa kita perlu meningkatkan pengetahuan anak-anak kita pada Islam," paparnya. Allerslev menambahkan, kebijakan ini pada akhirnya dapat meningkatkan integrasi. "Kekristenan tentu saja harus dipertahankan dalam kurikulum. Tapi saya pikir, agama terbesar kedua kami adalah Islam. Pendidikan tentang Islam juga membutuhkan fokus. Semakin cepat semakin baik," kata Allerslev.

Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Agung Sasongko

Sumber:
  1. http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/03/22/m1aihg-alhamdulillah-denmark-masukkan-pendidikan-islam-dalam-kurikulum;
  2. http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Denmark; 
  3.  http://politikana.com/baca/2010/01/18/denmark-islam-dilecehkan-jumlah-kaum-muslim-meningkat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar