INFO LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Selasa, 16 November 2010

Kurikulum Pesantren al-Hikmah: Keseimbangan Duniawi dan Ukhrowi


Seorang Muslim adalah yang memberikan manfaat bagi saudaranya. Yang memberi warna bagi kehidupan masyarakat menuju kebaikan dan mengarahkan jalan kepada Tuhannya. Ia tak diperkenankan melahirkan kezaliman dan kerusakan bagi orang lain yang berada di sekitarnya. Semangat di atas menjadi sebuah pijakan bagi Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Hikmah, yang berlokasi di Desa Benda, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah. Ponpes menjadi perantara lahirnya generasi-generasi penerus Rasulullah Muhammad SAW. Dalam arti sebagai tempat yang mengajarkan ilmu keagamaan yang telah diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad. Dengan demikian mampu meneladani perilakunya yang telah terbukti memberikan manfaat dan warna bagi kehidupan manusia untuk menuju jalan kepada Tuhan.

Kepala Divisi Pendidikan Ponpes Al-Hikmah, Labib Shodiq, mengisahkan ada seorang sahabat Nabi yang bertanya, siapakah yang akan menjadi penerus Muhammad. Kemudian Muhammad, menjawab pertanyaan tersebut bahwa generasi penerus beliau adalah mereka yang mempelajari ilmunya serta mengamalkannya kepada orang lain. Bahkan Muhammad sampai menengadahkan tangannya berharap kepada Allah SWT agar mencurahkan rahmat-Nya kepada mereka yang mempelajari dan mengamalkan ilmunya. Tak heran jika Pondok Pesantren Al-Hikmah sangat menekankan para santrinya untuk sungguh-sungguh menimba ilmu. Hampir selama 24 jam para santri diberi kesempatan untuk mereguk ilmu agama yang diajarkan oleh para guru Al-Hikmah.
Tak hanya itu, laku spiritual laiknya tahajud, puasa sunah, maupun mengaji dan mengkaji Alquran merupakan kegiatan yang dilaksanakan setiap hari. Hal itu dilakukan agar tak hanya cerapan ilmu saja yang mereka terima, namun keteguhan jiwa dan kedekatan diri dengan Allah sekaligus juga terjalin dengan baik. Dengan demikian, ketika mereka telah merampungkan pelajarannya mampu memahami dan mengamalkannya kepada masyarakat di mana mereka berada. Kiprah para santri dalam masyarakat, kata Labib, tentunya kelak menorehkan warna tersendiri bagi masyarakat. Paling tidak, masyarakat terdorong untuk mengamalkan dan hidup dengan apa yang telah diajarkan Rasulullah.
Lebih lanjut ia menyatakan bahwa keberadaan ponpes, termasuk Al-Hikmah, mengindikasikan masih banyak orang yang mau meneruskan perjuangan Rasulullah. Kalau tak ada penerus lagi maka kiamat akan terjadi. Pasalnya, tambahnya, kiamat tak akan terjadi selama masih ada hamba yang mengucapkan kalimat Allah yang diajarkan oleh Muhammad. ''Dengan demikian, dapat dianggap bahwa keberadaan pondok pesantren yang mengajarkan dan mengamalkan ilmu memberikan waktu lebih panjang untuk lebih banyak beramal sebelum kiamat akhirnya datang dan menghancurkan bumi dan segala isinya,'' tegasnya. Meski ilmu agama menjadi warna yang dominan, Pondok Pesantren Al-Hikmah tak mengabaikan untuk memberikan ketrampilan hidup bagi para santrinya. Apalagi masa sekarang merupakan masa yang penuh tantang dan mesti dihadapi dengan ketrampilan yang mumpuni. Labib menyatakan, pihaknya menyadari akan hal itu.
Di samping, tentu tak semua santri dapat berkiprah dalam masyarakat dengan hanya menjadi seorang ustaz atau kiai. Pondok tetap menggali potensi yang ada pada diri santri. Komputer yang kini tak asing lagi, diajarkan kepada para santri. Menyetir mobil juga menjadi bagian ketrampilan yang diajarkan. Bila santri, tertarik untuk menjalankan bisnis, mereka diajak secara langsung untuk mengelola koperasi. Bahkan, jika mereka tertarik untuk membuat Warung Tegal (Warteg) usai nyantri, mereka pun secara langsung dapat belajar dengan mengelola kantin yang ada di pondok pesantren. Dengan demikian, gabungan ilmu agama dan ketrampilan hidup yang diperoleh para santri ini mampu memberikan bekal mereka untuk berkiprah dan memberikan manfaat secara maksimal bagi masyarakatnya.
Ucap syukur memang pantas mereka lantunkan, pasalnya tak sedikit santrinya yang telah memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Banyak alumni Al-Hikmah yang mendirikan pondok pesantren ataupun majelis taklim yang menjadi pusat kegiatan masyarakat di mana mereka berada untuk menimba ilmu agama. Agar tujuan ini tercapai, pihak Al-Hikmah memang menggembleng mereka dengan ketat. Jadwal kegiatan baik belajar maupun kajian agama harus ditaati oleh para santri. Latihan rohani, seperti tahajud tentunya juga harus dijalani secara disiplin. Di samping itu, masalah uang saku juga menjadi perhatian tersendiri. Ponpes Al-Hikmah menekankan kepada para wali santri agar tak mengirimkan uang secara berlebihan. Pasalnya, akan membuat santri tak disiplin dan boros.
Para wali santri juga dianjurkan untuk selalu berdoa agar anak-anaknya kelak menjadi santri yang saleh dan bermanfaat. Disiplin ini, kata Labib, membuat santri mampu menyerap ilmu yang diajarkan. Mereka mampu mandiri, memiliki sopan santun yang tinggi dan tentunya ilmu yang dapat mereka tularkan kepada orang lain seusai mereka belajar di Ponpes. Para pengajar juga menjadi perhatian. Pihak Al-Hikmah sejak awal telah mengutarakan agar tak hanya materi yang mereka kejar ketika mengajar. Dengan demikian, keadaan bagaimanapun mereka mampu menularkan ilmunya kepada para santri dengan semangat.
Hingga kini, Ponpes Al-Hikmah, memiliki sekitar 5.500 santri yang berasal dari sekitar daerah Bumiayu maupun mereka yang datang dari daerah di luar Jawa Tengah. Mereka tersebar di berbagai jenjang pendidikan dari TK, Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, SMEA, maupun STM yang menggunakan kurikulum Depdiknas dan Depag. Al-Hikmah juga menyediakan kelas Muallimin, yaitu kelas khusus bagi para santri yang secara khusus berkeinginan mempelajari ilmu-ilmu agama. Meski demikian, pihak ponpes juga memberikan tambahan pelajaran, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika. Hal ini dilakukan agar mereka dapat mengikuti ujian persamaan jika ingin melanjutkan ke sekolah umum. Labib mengisahkan bahwa Ponpes Al-Hikmah ini bermula dari kegiatan pengajian yang didirikan kakeknya, KH Suheimi, pada 1927. Kala itu, pengajian hanya diperuntukkan bagi masyarakat Benda saja. Dengan semakin beragamnya kegiatan yang dilakukan, maka pengajian ini dikembangkan lebih besar lagi hingga menjadi pondok pesantren seperti sekarang. Mereka yang berjasa mengembangkannya adalah KH Shodiq Suheimi dan KH Masruri yang merupakan ayah dan mertua Labib Shodiq. Hingga kini, Ponpes Al-Hikmah juga masih membuka pintu bagi masyarakat di Desa Benda untuk mengaji. Maka tak heran jika di desa tersebut telah lahir sekitar 170 orang hafiz Alquran 30 juz. Mereka memang bertekad memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya. 


Redaktur:
ferry kisihandi/dokrep/Desember 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar