Sekolah Islam
tertua sekaligus tersukses di Perancis, Islam Reussite,
terancam gulung tikar karena problem finasial, sementara pemerintah menolak untuk
memberikan hibah yang sama sebagaimana yang diterima oleh sekolah berbasis
agama lainnya. "Kami mengalami kebangkrutan karena hutang-hutang
kami," papar Yvonne Fazilleau, kepala Sekolah Islam Reussite (Ibn Rushd)
kepada Guardian (26/5/2009). Sekolah tersebut terlilit hutang
sebesar € 300.000 dan berada di ambang kebangkrutan."Pekan lalu akuntan
kami berkata, 'kita tak ada uang lagi.'" Fazzileau mengatakan bahwa
sekolah tersebut sejak tahun kemarin dikelola melalui hasil amal. "Satu-satunya
jalan bangi kami adalah keluar dan memohon bantuan."
Saat ini administrasi sekolah
menyatakan bahwa pihaknya masih mempunyai cukup uang untuk membayar gaji selama
dua bulan, tetapi setelahnya tidak diketahui bagaimana nasib keuangannya. "Banyak
dari guru-guru di sini tidak tahu apa yang mesti dilakukan," ujar Monya
Zalila, seorang guru bahasa Inggris kepada Harian British. "Banyak
yang merasa sedih, karena sampai saat ini kami tidak punya cukup biaya,"
imbuhnya. "Salah seorang guru berkata bahwa jika hasil kerjanya tidak
dibayar, ia akan keluar dan mencari pekerjaan lain."
Pemerintah Perancis menyetujui
pembangunan Reusissite pada Juli 2003 untuk menjadi sekolah menengah muslim
pertama. Tahun lalu (2008), sekolahan mencapai tingkat keberhasilan 100%
dalam baccalaureat ( sertifikat sekunder), dibandingkan dengan sekolahan
lokal lainnya yang lulus hanya 81%. Selama sejarah berdirinya, sekolah tersebut
mengikuti kurikulum nasional Perancis dan menjadi salah satu sekolah paling
sukses di seluruh penjuru Perancis. Pihak administrasi sekolah menyayangkan
pemerintah yang tidak berusaha untuk mengeluarkan sekolah tersebut dari krisis
keuangan yang tengah dialami. Pemerintah malah menolak memberikan bantuan
kepada sekolah Islam, padahal di lain pihak, sekolah agama yang lain diberikan
bantuan oleh pemerintah. "Kami telah mengajukan permintaan sebanyak tiga
kali, dan sebanyak itu pula mereka mengatakan bahwa ada data yang kurang di
file yang kami ajukan." "Padahal sayalah orang yang berwenang dalam
mengirimkan data-data yang diperlukan, dan saya jamin tidak ada satu pun data
yang luput."
Berdasarkan hukum Prancis, sekolah
berbasis keagamaan yang menerapkan kurikulum nasional dan memenuhi syarat yang
diperlukan, maka mempunyai hak untuk mendapatkkan dana dari pemerintah. Lebih
dari 8000 sekolah Yahudi dan Kristen dibiayai oleh pemerintah. Namun, tidak
satupun dari empat sekolah Islam di Prancis yang mendapatkan dana seperti itu. "Ini
adalah negara saya, dan negara ini seharusnya bisa menerapkan keadilan,"
sesal Fazzileau. "Saya amat malu untuk mengatakan hal ini, tapi yang jelas
ada perlakuan diskriminatif terhadap muslim di Prancis."
Fazzileau tidak optimis akan masa depan
sekolahnya. "Jika tidak ada seorang pun yang segara menolong kami, kami
harus segera menutup sekolah ini." Ia memperingatkan bahwa penutupan
sekolah tersebut akan berefek negatif terhadap sekitar 7 juta orang masyarakat
Muslim di Perancis. Apalagi sejak pemerintah melarang jilbab di sekolah 4 tahun
silam, sekolah Islam menjadi sati-satunya pilihan bagi umat Islam di
Perancis.-iol/taq
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar