Indeks Manusia Indonesia
Hanya di Peringkat 124 Dunia
Pemerintah Atasi Kesenjangan IPM
Pada laporan IPM 2011 yang dikeluarkan UNDP pada 2 November,
Indonesia mendapat angka 0,617 dan menempati peringkat 124 dari 187 negara. Angka
tersebut didapat dari perhitungan Gross National Income (GNI) per kapita (dalam PPP dolar AS), yaitu
3.716 dolar AS, angka harapan hidup (life expectancy at birth) 69,5 tahun, serta
angka harapan anak usia sekolah (expected years of schooling) 13,2 tahun, dan
rata-rata lama mengenyam bangku pendidikan bagi penduduk usia di atas 25 tahun (means years of schooling)
5,8 tahun. GNI adalah nilai dari seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan satu negara dalam satu tahun. GNI per kapita yang dihitung dalam purchasing power parity (PPP) atau kemampuan daya beli dalam dolar AS tersebut menjadi salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur IPM 2011 bersama dengan indikator lain di bidang kesehatan dan pendidikan.
Sementara itu, pada 2010, Indonesia berada pada peringkat 108 dari
169 negara. Namun, perhitungannya menggunakan indikator yang berbeda yaitu Produk
Domestik Bruto (GDP) per kapita, angka harapan hidup, serta angka melek
huruf orang dewasa dan rasio pelajar yang terdaftar di suatu sekolah. "Jadi,
metode tahun ini dengan tahun sebelumnya berubah, bila ingin dibandingkan
metodologinya harus disamakan lebih dulu karena bila metodologinya sama maka
IPM Indonesia sebenarnya meningkat," ujar Armida. Ia mengungkapkan, bila
metode 2011 diterapkan untuk IPM 2010 maka akan diperoleh angka 0,613, yang
terdiri atas angka harapan hidup 68,9 tahun, GNI per kapita sebesar 3.544 dolar
AS, sementara indikator pendidikan statis di angka yang sama dengan angka 2011.
Menurut TB Rahmad Sentika
(26/11/2011), Staf Ahli Menkokesra Bidang Kreativitas dan Inovasi Teknologi dan
angggota Tim Ahli Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), jika dibandingkan
dengan lima negara besar di kawasan Asia Tenggara (ASEAN), maka kualitas
manusia di Indonesia berada di posisi bawah. "IPM Indonesia hanya unggul
jika dibandingkan Vietnam yang memiliki nilai IPM 0,593, atau Laos dengan nilai
0,524, Kamboja 0,523, dan Myanmar dengan nilai IPM 0,483," katanya. Ia
menambahkan, negara Singapura menduduki peringkat pertama di kawasan Asean
untuk kualitas manusia dengan nilai IPM 0,866. "Selanjutnya IPM Brunei
Darussalam dengan nilai 0,838, disusul Malaysia dengan IPM 0,761, Thailand
dengan nilai 0,682, dan Filipina dengan nilai 0,644," katanya.
No
|
NEGARA
|
IPM
|
PERINGKAT DI
ASIA TENGGARA /DUNIA
|
1
|
Singapura
|
0,866
|
1/
|
2
|
Brunei Darussalam
|
0,838
|
2/
|
3
|
Malaysia
|
0,761
|
3/
|
4
|
Thailand
|
0,628
|
4/
|
5
|
Filipina
|
0,644
|
5/
|
6
|
Indonesia
|
0,617
|
6/124 (dari 187)
|
7
|
Vietnam
|
0,593
|
7/
|
8
|
Laos
|
0,524
|
8/
|
9
|
Kamboja
|
0,523
|
9/
|
10
|
Myanmar
|
0,483
|
10/
|
TB Rahmad Sentika mengatakan, IPM itu
mengukur pencapaian pembangunan manusia pada suatu negara dalam tiga dimensi
dasar, yakni yang tercermin dalam 1) taraf pendidikan, 2) kesehatan, serta 3) kemampuan
daya beli. "Untuk indeks pendapatan 0,518, dan untuk indeks kesehatan
0,584, sektor pendidikan memberikan kontribusi sebanyak 0,584," katanya.
Menurut TB Rahmad Sentika, ada
sedikit perbedaan dalam perhitungan indeks pendidikan Indonesia antara UNDP dan
Kemdikbud. "Perhitungan sektor pendidikan versi UNDP menggunakan rata-rata
lama sekolah 5,8 tahun diukur dari penduduk berusia 25 tahun ke atas, sedangkan
Kemdikbud menggunakan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu 7,9 tahun dan
diukur dari penduduk berusia di atas 15 tahun," katanya. UNDP ada
perubahan, karena menggunakan variabel tidak di 15 tahun, tetapi di 25 tahun.
"Yang (diukur) sudah berkeluarga dan bekerja, sehingga pendidikan dasar
dan menengah menjadi tidak dihitung," katanya.
TB Rahmad Sentika menambahkan, upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan waktu rata-rata lama sekolah adalah dengan
meningkatkan akses dan mutu pendidikan anak usia dini (PAUD), meningkatkan
partisipasi sekolah jenjang pendidikan dasar yang bermutu. "Juga, perlu
meningkatkan akses dan mutu pendidikan menengah, meningkatkan akses dan daya
saing pendidikan tinggi, serta meningkatkan mutu pendidik dan tenaga
kependidikan," katanya.
Kepala Perwakilan UNDP di Indonesia, El-Mostafa Benlamlih, yang
hadir dalam acara tersebut mengatakan bahwa IPM berguna untuk mendorong
pemerintah menempatkan manusia sebagai pusat pembangunan. "Laporan IPM
berupaya untuk mendorong negara dapat menjadikan manusia sebagai pusat
pembangunan karena angka IPM yang baik menunjukkan daya saing dan keberlanjutan
negara tersebut yang juga baik, selanjutnya akan menarik investor untuk masuk
yang juga berguna bagi pembangunan negara itu," kata Mostafa.
Naik-Turun Peringkat, Karena Perbedaan Metodologi
Menanggapi hasil pemeringkatan IPM di atas, Wakil Presiden
Boediono mengatakan bahwa indeks pembangunan manusia Indonesia yang diterbitkan
United Nation Development Program (UNDP) terus meningkat dari tahun ke tahun
sejak 1980. "Kalau dilihat dari 1980-2011, IPM kita meningkat," kata
Wapres yang menepis pemberitaan bahwa IPM Indonesia memburuk saat jumpa pers di
Istana Wapres di Jakarta, Jumat (18/11/2011).
Ia mengatakan, pada 1980 IPM Indonesia dilaporkan 0,423 dan pada
2011 telah meningkat menjadi 0,617 atau tumbuh 1,23 persen. IPM Indonesia pada
2010 tercatat lebih rendah yaitu 0,610. Laporan ini menunjukkan, dibandingkan
dengan kelompok negara-negara yang setara, pencapaian IPM Indonesia kurang
lebih sama. Bahkan, dibandingkan dengan beberapa negara Asia Timur, laju
pertumbuhan IPM Indonesia hanya kalah dibandingkan dengan China. "China
memang luar biasa," kata Wapres. Wapres menerangkan dalam laporan UNDP
2011 tersebut, Malaysia masih memiliki IPM yang lebih tinggi yaitu 0,761.
Begitupula China 0,687, Thailand 0,682, Filipina 0,644. Sementara angka IPM
Vietnam lebih rendah yaitu 0,593. Namun demikian, laju pertumbuhan IPM dari
2010 ke 2011, Indonesia masih lebih baik dari negara-negara di atas kecuali
dengan China. Laju pertumbuhan IPM 2010-2011 Indonesia sebesar 1,17 persen
lebih tinggi dari Malaysia yang hanya 0,69 persen, Thailand 0,78 persen,
filipina 0,62 persen dan Vietnam 1,06 persen. Namun Indonesia maih kalah
dibandingkan China dengan laju pertumbuhan 1,43 persen.
Meski IPM Indonesia meningkat, namun terjadi perubahan peringkat
Indonesia dari 108 menjadi 124. Hal ini, menurut Wapres, bukan karena terjadi
penurunan, namun karena ada penyesuaian metode dan juga masuknya negara-negara
baru dalam laporan IPM UNDP tersebut. Sebelumnya, pada 2010 UNDP memasukan 169
negara sehingga peringkat Indonesia saat itu 108. Namun pada 2011, UNDP
menambah negara yang dimasukan dalam laporan IPM menjadi 187 negara, sehingga
peringkat Indonesai kemudian berubah menjadi 124. Menurut Wapres, berdasarakan
laporan UNDP, apabila disesuaikan dengan alat ukur 2011, Indonesia pada 2010
masuk ke peringkat 125. Denga kata lain pada 2011 peringkat Indonesia naik satu
tingkat menjadi 124. Wapres menegaskan, meskipun terus meningkat, pemerintah
akan terus memeperbaiki kinerja IPM tersebut. Untuk menggenjot hal itu ada dua
program utama. Pertama terkait dengan program kesehatan. Kedua terkait dengan
program pendidikan. "Oleh sebab itu fokus kita adalah meningkatkan
program-program pendidikan dan kesehatan," katanya.
Berbeda dengan wapres RI, Boediono, yang menyebutkan bahwa
pemerintah memprioritaskan pendidikan dan kesehatan untuk meningkatkan IPM
Indonesia, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Armida
Salsiah Alisjahbana, di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa penambahan daya beli
merupakan kunci untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). "Kunci
untuk meningkatkan IPM ada di daya beli yaitu pada perhitungan Gross National
Income (GNI) karena angka pendidikan dan kesehatan sudah cukup tinggi,"
kata Armida setelah jumpa pers bersama dengan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa
Untuk Pembangunan (UNDP) yang membahas mengenai IPM Indonesia 2011.
Menurut Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN) itu,
cara peningkatan daya beli adalah dengan mengikuti pola Master Plan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025 yang berisi
pengembangan enam wilayah koridor ekonomi. "Kami menginginkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia bisa di atas tujuh persen tapi tentu harus merata, itu
satu-satunya cara untuk meningkatkan IPM; bisa dengan mengikuti pola MP3EI,
kalau pertumbuhan ekonomi meningkat maka GNI juga meningkat," ujar Armida.
Pemerintah Atasi Kesenjangan IPM
Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN), yang juga Kepala
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Armida Salsiah Alisjahbana,
mengatakan bahwa pemerintah berupaya untuk mengurangi kesenjangan dalam
komponen penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM). "Pemerintah berupaya
untuk mengurangi kesenjangan dalam tiga aspek dalam IPM yaitu kesehatan,
pendidikan dan daya beli misalnya dengan menambah aksesibilitas dan kualitas
ketiganya," kata Armida. Ia menambahkan bahwa peningkatan kapasitas
pemerintah di daerah juga penting untuk mengurangi kesenjangan, apalagi karena
Indonesia menerapkan sistem desantralisasi.
Menurutnya, desentralisasi merupakan salah satu upaya
meminimalisir kesenjangan IPM antardaerah di Indonesia. Ia menegaskan, "Pendidikan
dan kesehatan adalah salah satu fungsi yang sudah diserahkan kepada pemerintah
daerah, memang tugas pemerintah pusat untuk melakukan pemerataan bila terjadi
kesenjangan, tapi tidak mungkin semuanya dilakukan dari Jakarta". "Dalam
pembangunan memang tidak cukup hanya dengan mempercepat, tapi juga perlu
memperhatikan distribusinya; kesenjangan menjadi isu penting, cara untuk
mengatasi masalah itu bisa dengan meningkatkan kapasitas pemerintah daerah
(pemda) tingkat provinsi hingga kabupaten kota," tambahnya.
Sementara itu, Deputi bidang Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan
Bappenas, Nina Sardjunani, mengatakan bahwa Bappenas sudah menerapkan program
di bidang kesehatan dan pendidikan. "Pada bidang kesehatan, fokusnya
adalah meningkatkan status kesehatan ibu dan anak, misalnya dengan penyediaan
bantuan operasional kesehatan, pemberian Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas), Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), dan Jaminan Persalinan
(Jampersal)," kata Nina. Sedangkan, menurut dia, untuk bidang pendidikan
ada program wajib belajar 9 tahun, peningkatan mutu pendidikan melalui
sertifikasi guru dengan target realisasi 2014 serta penambahan akses lulusan
wajib belajar 9 tahun menuju ke pendidikan tinggi.
Sumber:
- http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/11/27/lva76o-rendah-indeks-manusia-indonesia-hanya-di-peringkat-124-dunia; Minggu, 27 November 2011 01:54 WIB
- http://www.antaranews.com/berita/285371/indeks-pembangunan-manusia-terus-naik; Jumat, 18 November 2011 18:06 WIB
- http://www.antaranews.com/berita/284836/pemerintah-akan-atasi-kesenjangan-dalam-ipm; Selasa, 15 November 2011 20:48 WIB
- http://www.antaranews.com/berita/284835/penambahan-daya-beli-jadi-kunci-peningkatan-ipm; Selasa, 15 November 2011 20:48 WIB
Kapan, IPM Indonesia berada di jajaran menegnah, bahkan atas, yah???
BalasHapus