Menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) yang berkelas dunia (World Class University) merupakan salah satu obsesi (keinginan kuat) yang mulia, untuk menunjukkan dan membuktikan bahwa Perguruan Tinggi Islam di Indonesia mampu menghasilkan sistem pendidikan yang diakui oleh dunia Internasional. Namun demikian, untuk mencapai hal tersebut tentunya bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan pula sesuatu yang mustahil. Diperlukan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas untuk memulai, menjalani, melakukan supervisi, dan continous improvement and evaluation. Untuk mendapatkan pengakuan ini, PTAI harus terus meningkatkan kualitas dan daya saingnya agar mampu menyamai bahkan melampaui pencapaian dari Universitas-Universitas Unggulan di Eropa dan Amerika, seperti Harvard, Oxford, dan Indiana, selain juga harus berkompetisi positif dengan PTU terkemuka di dalam Negeri dan tingkat regional ASEAN dan Asia.
Upaya menggapai standar "Kelas Dunia" bermula Merujuk kepada lembaga pemeringkat WCU, QS dan The Times Higher Education (THE),
untuk menuju Perguruan Tinggi bereputasi International, setidaknya ada
lima komponen yang perlu diperhatikan dan selama ini menjadi tolok ukur,
yaitu: akademik/pendidikan, reputasi di bidang penelitian, kerjasama
internasional, rasio mahasiswa dan dosen internasional, serta industry
income. Pada lima komponen tersebut, PTAI harus memiliki keunggulan-keunggulan, terutama pada garapan-garapan penelitian yang kreatif, inovatif, berbeda, dan unggul dari produk penelitian dari lembaga lainnya. Dengan demikian, pencapaian produknya tidak hanya sama tetapi harus melampaui hasil pencapaian lembaga pendidikan lainnya.
Melihat pada indikator ini, leading sector yang menjadi seharusnya menjadi ungulan PTAI berada pada penelitian-penelitian sain terapan, terutama produk teknologi. Padahal hal ini merupakan salah satu titik--paling--lemah dari PTAI, yang hingga kini masih kental dengan pencitraannya sebagai PT yang bergelut dengan kajian keagamaan (baca: Keislaman), serta masih jauh dari expert--atau bahkan familiar-- dengan kajian, penelitian, dan eksperimen-eksperimen sain terapan. Namun demikia, kesadaran akan kelemahan dan kekurangan ini menjadi penting sebagai benchmark untuk melalukan pengembangan di masa yang akan datang, termasuk mewujudkan WCU.
--------------------
MENTERI MEMBERI MANDAT DUA UIN MENUJU WORLD CLASS UNIVERSITY
Jakarta (Diktis, 9/1/2014) - Kementerian Agama akan memberi mandate
kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang dan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mempersiapkan
sebagai Universitas Kelas Dunia (World Class University, WCU). Mudjia Rahardjo, Rektor UIN
Malang menyambut rencana Menteri Agama dengan semangat. "UIN Malang
sudah mulai membuat program ini sejak tiga tahun yang lalu. Jadi gagasan
Pak Menteri untuk mendorong World Class University sudah sesuai dengan roadmap yang kita buat", tutur Mudjia dengan bangga. Pada Hari Rabu (9/1) kemarin, perwakilan dari dua UIN tersebut
mempresentasikan "impian"-nya di hadapan Menteri Agama. Hadir dalam
kesempatan ini adalah Drs. Syamsudin, Kepala Biro Perencanaan dan Prof.
Dr. Dede Rosyada, MA Direktur Pendidikan Tinggi Islam.
Dalam presentasinya, Jamhari yang merupakan utusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyampaikan tentang obsesinya untuk menjadi 99 Top World University Ranking, dan menargetkannya akan tercapai pada tahun 2025. Sementara Mudjia Rahardjo mengatakan bahwa cita-cita yang sama dan ditargetkan terwujud pada tahun 2019. "Pada tahun 2019 mendatang, kita tidak saja melihat UIN Malang menjadi universitas internasional, tetapi juga masuk dalam 500 perguruan tinggi terbaik di dunia," terangnya dengan optimis
Merujuk kepada lembaga pemeringkat WCU, QS dan The Times Higher Education (THE) , untuk menuju Perguruan Tinggi bereputasi International, setidaknya ada lima komponen yang perlu diperhatikan dan selama ini menjadi tolok ukur, yaitu: akademik/pendidikan, reputasi di bidang penelitian, kerjasama internasional, rasio mahasiswa dan dosen internasional, serta industry income.
Di UIN Malang, program WCU ini didesain dengan konsep integral, bukan kelas khusus. "Meskipun akan ada program studi yang menjadi leading sectornya, tapi semua fakultas dan semua jurusan akan dikembangkan menjadi world class university," jelas Mudjia lebih lanjut.
Mudjia mencontohkan bahwa dari lima komponen yang sekarang ini paling kuat adalah internasional output, yaitu citra internasional. "Sekarang ini di UIN Malang sudah ada mahasiswa dari 29 negara yang kuliah di UIN Malang. Mereka menyebar di banyak jurusan," tuturnya lebih detail.
Untuk mendukung percepatan gagasan ini, kedua perwakilan UIN tersebut meminta agar Kementerian Agama membantu penyiapan anggarannya, terutama untuk pengembangan penelitian, yang disokong penetapannya melalui Keputusan Menteri Agama.
WCU memang sudah digulirkan sejak lama di lingkungan PTAIN. "World Class University telah menjadi obsesi dan cita-cita besar dari civitas akademika di PTAIN se Indonesia," kata Dede Rosyada, Direktur Pendidikan Tinggi Islam. Menurutnya, untuk menjaga keberlangsungan pemberian mandat WCU ini, Kementerian akan menindaklanjutinya melalui penetapan Keputusan Menteri Agama (KMA). KMA ini yang akan memayungi program internasionalisasi PTAIN pada umumnya. aem
*) diolah dari berbagai sumber
Sumber:
http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=detilberita&id=7030#.UvqFYD9puHg
Dalam presentasinya, Jamhari yang merupakan utusan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyampaikan tentang obsesinya untuk menjadi 99 Top World University Ranking, dan menargetkannya akan tercapai pada tahun 2025. Sementara Mudjia Rahardjo mengatakan bahwa cita-cita yang sama dan ditargetkan terwujud pada tahun 2019. "Pada tahun 2019 mendatang, kita tidak saja melihat UIN Malang menjadi universitas internasional, tetapi juga masuk dalam 500 perguruan tinggi terbaik di dunia," terangnya dengan optimis
Merujuk kepada lembaga pemeringkat WCU, QS dan The Times Higher Education (THE) , untuk menuju Perguruan Tinggi bereputasi International, setidaknya ada lima komponen yang perlu diperhatikan dan selama ini menjadi tolok ukur, yaitu: akademik/pendidikan, reputasi di bidang penelitian, kerjasama internasional, rasio mahasiswa dan dosen internasional, serta industry income.
Di UIN Malang, program WCU ini didesain dengan konsep integral, bukan kelas khusus. "Meskipun akan ada program studi yang menjadi leading sectornya, tapi semua fakultas dan semua jurusan akan dikembangkan menjadi world class university," jelas Mudjia lebih lanjut.
Mudjia mencontohkan bahwa dari lima komponen yang sekarang ini paling kuat adalah internasional output, yaitu citra internasional. "Sekarang ini di UIN Malang sudah ada mahasiswa dari 29 negara yang kuliah di UIN Malang. Mereka menyebar di banyak jurusan," tuturnya lebih detail.
Untuk mendukung percepatan gagasan ini, kedua perwakilan UIN tersebut meminta agar Kementerian Agama membantu penyiapan anggarannya, terutama untuk pengembangan penelitian, yang disokong penetapannya melalui Keputusan Menteri Agama.
WCU memang sudah digulirkan sejak lama di lingkungan PTAIN. "World Class University telah menjadi obsesi dan cita-cita besar dari civitas akademika di PTAIN se Indonesia," kata Dede Rosyada, Direktur Pendidikan Tinggi Islam. Menurutnya, untuk menjaga keberlangsungan pemberian mandat WCU ini, Kementerian akan menindaklanjutinya melalui penetapan Keputusan Menteri Agama (KMA). KMA ini yang akan memayungi program internasionalisasi PTAIN pada umumnya. aem
*) diolah dari berbagai sumber
Sumber:
http://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=detilberita&id=7030#.UvqFYD9puHg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar