Wikipedia
[dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Islam_in_Denmark] menyebutkan bahwa Islam
merupakan agama penduduk minoritas terbesar di Denmark. Menurut U.S. Department
of State, hampr 3,7% penduduk Denmark adalah
Muslim. Kebanyakan penduduk Denmark menganut agama Kristen, dengan Protestan membentuk sebanyak 92% dari orang Denmark dan Gereja
Evangelical
Lutheran merupakan gereja nasional. Pada 2005, 83.5% dari penduduk
negara ini adalah anggota Folkekirken, gereja Kristen nasional befolkningstal.
Islam
di Denmark mendapat perhatian (sorotan) cukup intens terjadi setelah publikasi
kartun Nabi Muhammad saw oleh Jyllands Posten pada tahun 2005.
Selebihnya, terdapat pula sejumlah aksi anti-Islam yang dilakukan oleh penduduk
Denmark, dan sebagian penduduk Eropa dan Amerika lainnya. Pada satu sisi, anti-Islam
tersebut menunjukkan bahwa penduduk Denmark sebenarnya anti-pluralisme, padahal
pluralism merupakan salah satu doktrin (ajaran atau faham) yang mereka
agung-agungkan. Pada sisi lain, aksi-aksi anti-Islam telah menyebabkan
ketertarikan masyarakat Denmark (serta Eropa dan Amerika lainnya) terhadap
Islam. Sebagian dari mereka justeru banyak yang kemudian tumbuh rasa empati dan
simpatinya, serta tidak sedikit pula yang kemudian melakukan konversi ke dalam
Islam. Universitas Copenhagen, misalnya, mengadakan penelitian mengenai tingkat
konversi penduduk Denmark ke dalam Islam. Dalam hasil laporan setebal 69 halaman disebutkan bahwa adanya
kecendrungan tersebut, sekalipun jumlah dan tingkat persentrasenya belum dapat
dipastikan. Fenomena meningkatnya konversi penduduk Denmark ke dalam Islam ini tidak luput pula dari cibiran garis keras, mereka mengatakan bahwa "orang yang masuk Islam lebih banyak dari kalangan pengidap stress dan frustasi".
Pertumbuhan
jumlah penduduk Muslim ini pun tidak lepas dari diksriminasi dari masyarakat
mayoritas di Denmark ini. Pada tahun 2009, U.S. Department of State merelease
mengenai kebebasan beragama di Denmark ini:
There were isolated incidents of anti-immigrant sentiment, including
graffiti, low-level assaults, denial of service, and employment discrimination
on racial grounds. Societal discrimination against religious minorities was
difficult to distinguish from discrimination against ethnic minorities. The
Government criticized the incidents and investigated several, but it brought
few cases to trial specifically on charges of racial discrimination or hate
crimes. Reports continued of incidents of desecration of ethnic and religious
minority gravesites.[2]
Kini, Universitas Copenhagen sedang meneliti tentang larangan cadar bagi kalangan muslimah Denmark. Publikasi mengenai proses penelitian ini sedang berlangsung, termasuk di dalamnya Jyllands Posten ikut andil dalam publikasi ini. Juru bicara penanggung jawab operasi penggabungan milik Partai Konservatif menyerukan pentingnya melarang cadar yang dikenakan oleh beberapa perempuan Muslim. Seruan ini terus bergulis dalam waktu yang lama. Sehingga hal itu menyebabkan Pemimpin Partai Liberal, Lars Luka Rasmussen dan Pemimpin Partai Konservatif, Lenny Ospercyn mengadakan pertemuan darurat mengenai masalah ini.
******
Keberadaan Islam di Denmark tidak dapat dilepaskan dari kedatangan dan keberadaan kaum Imigran (tepatnya suaka politik) dari Iran, Irak, serta Gaza dan Tepi Barat (Palestina) sejak tahun 1980an. Pada tahun 1990an terdapat sejumlah imigran lain, kebanyakannya berasal dari Somalia dan Bosnia. Menurut Wikipedia, 40% dari penduduk Muslim Denmark berasal dari para pencari suaka politik ini. Selebihnya, sebagian dari penduduk muslim Denmark dihasilkan dari proses Family Reunification.
Mesjid
Mesjid
pertama yang di Denmark adalah mesjid Nusrat Jahan yang dibangun di
Hvidovre, pinggiran Copenhagen, pada tahun 1967. Mesjid lain dicoba didirikan
di Amager (dekan Copenhagen), namun kemudian terkendali pendanaan
internal kalangan Muslim Denmark. Mereka juga dilarang untuk mencari pendanaan
keluar negeri, terutama Iran dan Arab Saudi, karena kedua Negara ini dinilai
sebagai rejim despotic oleh Danish People’s Party (DPP, yang gencar melakukan
propaganda anti-Islam).
Alhamdulillah, Denmark Masukkan Pendidikan Islam dalam Kurikulum
Kamis, 22 Maret 2012, 21:20 WIB
REPUBLIKA.CO.ID,
KOPENHAGEN;
Parlemen Denmark baru-baru ini mengesahkan aturan baru, di mana
setiap sekolah diwajibkan untuk memberikan pendidikan agama di luar agama
Kristen. Langkah ini diambil dengan harapan dapat mengurangi prasangka agama
dan radikalisme. Pemberian materi pendidikan agama di luar Kristen dimulai dari
jenjang pendidikan dasar. Sebelum aturan baru diberlakukan, materi itu
diberikan pada jenjang sekolah tingkat pertama. Ketua Asosiasi Pendeta Denmark
(Den Danske Præstforening), Per Buchholdt, menyatakan kebijakan itu hanya
mengubah fokus subyek masalah. "Masyarakat kita saat ini sama sekali
berbeda. Saya pikir butuh waktu untuk memahami pentingnya agama dalam kehidupan
orang lain dan masyarakat secara keseluruhan," kata dia seperti dikutip
cphpost.dk, Kamis (22/6/2012). Ketua Asosiasi Paroki Gereja (Landsforening af
Menighedsråd), Inge Lise Petersen, menilai kebijakan ini perlu mendapat apresiasi.
"Tidak salah dengan hal itu. Akan tetapi, lebih sopan apabila siswa dengan
latar belakang berbeda untuk berpura-pura bahwa mereka tidak ada,"
ucapnya.
Berbeda
dengan kedua koleganya itu, Uskup Keuskupan Fyn (Kresten Drejergaard)
menyatakan begitu banyak prasangka yang muncul. Kebijakan ini akan memberikan
pandangan yang realistis terhadap Islam. Dengan demikian, ada kesempatan bagi
Muslim untuk merasa diakui dan berdiri sejajar dengan umat agama lain.
"Anak-anak tidak akan menjadi Muslim hanya karena mereka belajar tentang
Islam," katanya.
Pemberlakuan
aturan itu memang mendorong banyak sekolah untuk segera mengadopsi kurikulum
tentang Islam. Wakil Walikota untuk Integrasi, Anna Mee Allerslev, berharap
akan lebih banyak sekolah yang mengikuti. "Tak sedikit dari kalangan muda
Denmark salah menginterpretasikan tentang Islam karena mereka mendapatkan
banyak pengetahuan tentang agama ini dari media. Saya telah lama berpikir bahwa
kita perlu meningkatkan pengetahuan anak-anak kita pada Islam," paparnya. Allerslev
menambahkan, kebijakan ini pada akhirnya dapat meningkatkan integrasi.
"Kekristenan tentu saja harus dipertahankan dalam kurikulum. Tapi saya
pikir, agama terbesar kedua kami adalah Islam. Pendidikan tentang Islam juga
membutuhkan fokus. Semakin cepat semakin baik," kata Allerslev.
Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Agung Sasongko
Sumber:
- http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/03/22/m1aihg-alhamdulillah-denmark-masukkan-pendidikan-islam-dalam-kurikulum;
- http://id.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Denmark;
- http://politikana.com/baca/2010/01/18/denmark-islam-dilecehkan-jumlah-kaum-muslim-meningkat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar