Abuddin menjelaskan, setidaknya ada
lima implikasi globalisasi terhadap pendidikan Islam yaitu integritas ekonomi,
fragmentasi politik, kemajuan teknologi, kolonisasi baru budaya, dan komunikasi
antarlembaga. Integrasi ekonomi menjadikan pendidikan sebagai komoditas
komersial. Akibatnya, motivasi orang-orang Indonesia terhadap pendidikan
berubah ke persepsi pragmatis. Sehingga pendidikan agama tak lagi dianggap
menarik.
Sedangkan fragmentasi politik, jelas
dia, membuat proses pengajaran dan pembelajaran lebih demokratis, komunikatif,
manusiawi, toleran, kepuasan, kebahagiaan, dan selalu enjoy. Oleh karena
itu, program perbaikan kompetensi guru dalam mengajar keterampilan dan dalam
proses belajar mengajar sangat penting. Teknologi tinggi menuntut manajemen
pendidikan harus sesuai dengan kemajuan tekonologi. Globalisasi, ungkap
Abuddin, mengharuskan satu negara dan lainnya menyatukan program bersama guna
melakukan dan memecahkan beberapa masalah dalam pendidikan. Dan implikasi
globalisasi menimbulkan kolonisasi baru dalam budaya yang menuntut program
pendidikan berkaitan dengan pendidikan karakter dan moral.
Namun demikian dikatakan Abuddin,
tantangan ini menjadi titik tolak riset dan pengembangan di setiap lembaga
pendidikan Islam. Tujuannya memperbaiki semua komponen pendidikan Islam antara
lain visi, misi, tujuan, target, kurikulum, kompetensi guru, proses belajar
mengajar, manajemen, fasilitas, keuangan, lingkungan, dan lainnya agar sesuai
mampu menjawab tantangan tersebut. Selain itu, membuat nilai-nilai budaya
institusi berdasarkan nilai-nilai Islam, berdasarkan Alquran, Sunnah, dan
khazanah dan tradisi Islam.
Direktur Mizan, Haidar Bagir
mengemukakan, tiga unsur penting dalam pendidikan di Indonesia belum tercapai.
Ketiga unsur tersebut yaitu pertama unsur kognitif yang meliputi kemampuan
intelektual dan akademik. Kedua, unsur afektif yang menekankan pembinaan emosi
dan sikap anak didik. Ketiga unsur pskomotorik yang mencakup praktik dan
penanaman habit. Oleh karena itu, ungkap Haidar, di antara cara yang bisa
dilakukan adalah menggunakan filsafat sebagai alat untuk memicu prestasi anak
didik. Sebab urgensi filsafat dalam pendidikan sangat penting. Filsafat
membantu meningkatkan kemampuan logis analisis siswa, meningkatkan sensitivitas
rasa dan mengembangkan sikap mulia. Selain itu, filsafat memacu
ketrampilan etik dan habit agar anak didik mampu menerapkan akhlak mulia dan
cinta keindahan.”Filsafat sering disalah artikan padahal filsafat adalah dasar
ilmu,” kata dia.
Redaktur: Krisman
Purwoko
Reporter: Nashih
Nashrullah
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/10/09/30/137201-globalisasi-tantangan-utama-pendidikan-islam-di-indonesia; Kamis, 30 September 2010 04:22 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar