Ditulis Oleh: Prof. Dr. Nur Syam, M.Si
Dewasa ini pesantren sudah dikembangkan tidak hanya untuk
upaya tafaqquh fiddin, akan tetapi juga mengarahkan misinya pada pengembangan
kualitas santri untuk kemampuan diri dalam menghadapi dunia riil
kehidupan yang lebih luas. Jika di masa lalu, orang mengirimkan anaknya
ke pesantren hanya untuk kepentingan memperoleh pengetahuan agama atau tafaqquh
fiddin, akan tetapi sekarang juga ada harapan baru agar anaknya juga memperoleh
ilmu pengetahuan umum. Itulah sebabnya pesantren dengan kyainya lalu mengantisipasinya
dengan membuka multi program, Ilmu agama, Ilmu umum dan praksisnya . Makanya,
banyak kyai yang sudah melakukan pembaharuan system pendidikan di dunia
pesantren.
Namun perubahan memang terjadi dengan sangat cepat. Di tahun
90-an, inovasi pesantren untuk mengembangkan pendidikan umum telah mencapai
puncaknya. Terlihat dari banyaknya pesantren yang mengembangkan sekolah-sekolah
umum. Hampir semua pesantren yang telah mapan dalam kemampuan santrinya di
bidang agama, kemudian membuka pendidikan umum, misalnya SMU, SMK dan
sebagainya. Pesantren Rejoso, misalnya membuka program studi umum, seperti SMP
dan SMU dan juga program ST Telkom, dan SMK. Dalam hal ini Pesantren Rejoso
mengembangkan kerjasama dengan BPPT dan sebagainya.Demikian pula Pesantren Tebuireng
juga mengembangkan lembaga pendidikan umum, seperti SMA, SMK selain Madrasah
Tsanawiyah dan Aliyah.
Perkembangan ini menandai adanya keinginan berubah yang luar biasa
di kalangan pesantren. Jika di masa lalu ada anggapan bahwa pesantren
adalah lembaga yang tidak mau berubah, stganan atau tradisional, maka sekarang
justru terjadi kesebalikannya. Pesantren ternyata berubah cepat berpacu dengan
perubahan social yang sangat cepat.
Dewasa ini, pesantren justru sudah melangkah jauh. Hal ini tentu
saja disebabkan oleh beberapa factor. Di antara factor tersebut
adalah semakin banyaknya SDM pesantren yang mengakses pendidikan umum.
Misalnya banyak dzurriyah kyai yang justru mengambil pendidikan umum
pasca menyelesaikan pendidikan pesantrennya. Makanya ketika mereka kembali ke
pesantren, lalu yang dikembangkan adalah penerapan pengetahuannya untuk
mengembangkan institusi yang lebih luas cakupannya. Putra-putri kyai
banyak yang belajar di lembaga pendidikan umum, misalnya sainteks dan
kedokteran. Sehingga, ketika kembali ke pesantren maka yang diperhatikannya
ialah memberikan layanan pendidikan kesehatan, teknik dan sebagainya.
Ketika banyak pesantren telah mengembangkan pendidikan umum yang
komprehensif, lalu sekarang mulai dikembangkan visi pesantren untuk mengarahkan
bidikannya pada kebutuhan umat. Para kyai dan pengelola pesantren lainnya
kemudian memasuki dunia agen perubahan social. Untuk kepentingan ini, maka
pesantren yang mengembangkan agrobisnis juga memiliki asosiasi sebagai wadah
untuk menyemaikan wawasan dan mengembangkan kesamaan visi tentang pesantren
sebagai pusat pemberdayaan masyarakat.
Ketika masyarakat sudah sangat mindedness tentang penggunaan pupuk
kimiawi, maka pesantren mengembangkan pupuk organic. Jadi, pesantren telah
mengembangkan pola baru dalam keterlibatannya dengan pemberdayaan masyarakat.
Di dalam konteks ini, maka apa yang dinyatakan oleh Direktur Pesantren, Chorul
Fuad Yusuf tentang pengembangan pesantre n ke depan dirasakan sangat tepat.
Menurutnya, bahwa 10% santri saja yang diharapkan menjadi kyai khos, 60%
menjadi kyai untuk memenuhi kebutuhan umat akan ilmu agama, seperti menjadi
modin, ahli tahlil, yasin dan pemenuhan kebutuhan agama di level masyarakat
luas, dan selebihnya 30% terarah kepada pemenuhan kebutuhan pemberdayaan
masyarakat. Yang terakhir ini, maka yang diperlukan adalah alumnus pesantren
yang bisa menggerakkan roda agribisnis, menguasai teknologi terapan,
mengembangkan inovasi baru dalam pengembangkan kesejahteraan masyarakat dan
sebagainya.
Oleh karenanya, ke depan pesantren akan menjadi pusat-pusat
pengembangan masyarakat, yang sebenarnya sudah dimulai embrionya di awal-awal
tahun 1990-an. Jika ini terjadi maka pesantren akan menjadi kekuatan
ekonomi untuk pemberdayaan masyarakat.
Wallahu a’lam bi al shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar