Seorang Muslim adalah yang memberikan
manfaat bagi saudaranya. Yang memberi warna bagi kehidupan masyarakat menuju
kebaikan dan mengarahkan jalan kepada Tuhannya. Ia tak diperkenankan melahirkan
kezaliman dan kerusakan bagi orang lain yang berada di sekitarnya. Semangat di
atas menjadi sebuah pijakan bagi Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Hikmah, yang
berlokasi di Desa Benda, Kecamatan Sirampog, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
Ponpes menjadi perantara lahirnya generasi-generasi penerus Rasulullah Muhammad
SAW. Dalam arti sebagai tempat yang mengajarkan ilmu keagamaan yang telah diwahyukan
kepada Rasulullah Muhammad. Dengan demikian mampu meneladani perilakunya yang
telah terbukti memberikan manfaat dan warna bagi kehidupan manusia untuk menuju
jalan kepada Tuhan.
Kepala Divisi Pendidikan Ponpes
Al-Hikmah, Labib Shodiq, mengisahkan ada seorang sahabat Nabi yang bertanya,
siapakah yang akan menjadi penerus Muhammad. Kemudian Muhammad, menjawab
pertanyaan tersebut bahwa generasi penerus beliau adalah mereka yang
mempelajari ilmunya serta mengamalkannya kepada orang lain. Bahkan Muhammad
sampai menengadahkan tangannya berharap kepada Allah SWT agar mencurahkan
rahmat-Nya kepada mereka yang mempelajari dan mengamalkan ilmunya. Tak heran
jika Pondok Pesantren Al-Hikmah sangat menekankan para santrinya untuk
sungguh-sungguh menimba ilmu. Hampir selama 24 jam para santri diberi
kesempatan untuk mereguk ilmu agama yang diajarkan oleh para guru Al-Hikmah.
Tak hanya itu, laku spiritual laiknya
tahajud, puasa sunah, maupun mengaji dan mengkaji Alquran merupakan kegiatan
yang dilaksanakan setiap hari. Hal itu dilakukan agar tak hanya cerapan ilmu
saja yang mereka terima, namun keteguhan jiwa dan kedekatan diri dengan Allah
sekaligus juga terjalin dengan baik. Dengan demikian, ketika mereka telah
merampungkan pelajarannya mampu memahami dan mengamalkannya kepada masyarakat
di mana mereka berada. Kiprah para santri dalam masyarakat, kata Labib,
tentunya kelak menorehkan warna tersendiri bagi masyarakat. Paling tidak,
masyarakat terdorong untuk mengamalkan dan hidup dengan apa yang telah
diajarkan Rasulullah.
Lebih lanjut ia menyatakan bahwa
keberadaan ponpes, termasuk Al-Hikmah, mengindikasikan masih banyak orang yang
mau meneruskan perjuangan Rasulullah. Kalau tak ada penerus lagi maka kiamat
akan terjadi. Pasalnya, tambahnya, kiamat tak akan terjadi selama masih ada
hamba yang mengucapkan kalimat Allah yang diajarkan oleh Muhammad. ''Dengan
demikian, dapat dianggap bahwa keberadaan pondok pesantren yang mengajarkan dan
mengamalkan ilmu memberikan waktu lebih panjang untuk lebih banyak beramal
sebelum kiamat akhirnya datang dan menghancurkan bumi dan segala isinya,''
tegasnya. Meski ilmu agama menjadi warna yang dominan, Pondok Pesantren
Al-Hikmah tak mengabaikan untuk memberikan ketrampilan hidup bagi para
santrinya. Apalagi masa sekarang merupakan masa yang penuh tantang dan mesti
dihadapi dengan ketrampilan yang mumpuni. Labib menyatakan, pihaknya menyadari
akan hal itu.
Di samping, tentu tak semua santri
dapat berkiprah dalam masyarakat dengan hanya menjadi seorang ustaz atau kiai.
Pondok tetap menggali potensi yang ada pada diri santri. Komputer yang kini tak
asing lagi, diajarkan kepada para santri. Menyetir mobil juga menjadi bagian
ketrampilan yang diajarkan. Bila santri, tertarik untuk menjalankan bisnis,
mereka diajak secara langsung untuk mengelola koperasi. Bahkan, jika mereka
tertarik untuk membuat Warung Tegal (Warteg) usai nyantri, mereka pun secara
langsung dapat belajar dengan mengelola kantin yang ada di pondok pesantren.
Dengan demikian, gabungan ilmu agama dan ketrampilan hidup yang diperoleh para
santri ini mampu memberikan bekal mereka untuk berkiprah dan memberikan manfaat
secara maksimal bagi masyarakatnya.
Ucap syukur memang pantas mereka
lantunkan, pasalnya tak sedikit santrinya yang telah memberikan manfaat nyata
bagi masyarakat. Banyak alumni Al-Hikmah yang mendirikan pondok pesantren
ataupun majelis taklim yang menjadi pusat kegiatan masyarakat di mana mereka
berada untuk menimba ilmu agama. Agar tujuan ini tercapai, pihak Al-Hikmah
memang menggembleng mereka dengan ketat. Jadwal kegiatan baik belajar maupun
kajian agama harus ditaati oleh para santri. Latihan rohani, seperti tahajud
tentunya juga harus dijalani secara disiplin. Di samping itu, masalah uang saku
juga menjadi perhatian tersendiri. Ponpes Al-Hikmah menekankan kepada para wali
santri agar tak mengirimkan uang secara berlebihan. Pasalnya, akan membuat
santri tak disiplin dan boros.
Para wali santri juga dianjurkan untuk
selalu berdoa agar anak-anaknya kelak menjadi santri yang saleh dan bermanfaat.
Disiplin ini, kata Labib, membuat santri mampu menyerap ilmu yang diajarkan.
Mereka mampu mandiri, memiliki sopan santun yang tinggi dan tentunya ilmu yang
dapat mereka tularkan kepada orang lain seusai mereka belajar di Ponpes. Para
pengajar juga menjadi perhatian. Pihak Al-Hikmah sejak awal telah mengutarakan
agar tak hanya materi yang mereka kejar ketika mengajar. Dengan demikian,
keadaan bagaimanapun mereka mampu menularkan ilmunya kepada para santri dengan
semangat.
Hingga kini, Ponpes Al-Hikmah, memiliki
sekitar 5.500 santri yang berasal dari sekitar daerah Bumiayu maupun mereka
yang datang dari daerah di luar Jawa Tengah. Mereka tersebar di berbagai
jenjang pendidikan dari TK, Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Aliyah, SMEA, maupun STM
yang menggunakan kurikulum Depdiknas dan Depag. Al-Hikmah juga menyediakan
kelas Muallimin, yaitu kelas khusus bagi para santri yang secara khusus
berkeinginan mempelajari ilmu-ilmu agama. Meski demikian, pihak ponpes juga
memberikan tambahan pelajaran, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika.
Hal ini dilakukan agar mereka dapat mengikuti ujian persamaan jika ingin
melanjutkan ke sekolah umum. Labib mengisahkan bahwa Ponpes Al-Hikmah ini
bermula dari kegiatan pengajian yang didirikan kakeknya, KH Suheimi, pada 1927.
Kala itu, pengajian hanya diperuntukkan bagi masyarakat Benda saja. Dengan
semakin beragamnya kegiatan yang dilakukan, maka pengajian ini dikembangkan
lebih besar lagi hingga menjadi pondok pesantren seperti sekarang. Mereka yang
berjasa mengembangkannya adalah KH Shodiq Suheimi dan KH Masruri yang merupakan
ayah dan mertua Labib Shodiq. Hingga kini, Ponpes Al-Hikmah juga masih membuka
pintu bagi masyarakat di Desa Benda untuk mengaji. Maka tak heran jika di desa
tersebut telah lahir sekitar 170 orang hafiz Alquran 30 juz. Mereka memang
bertekad memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya.
Redaktur:
ferry kisihandi/dokrep/Desember 2003
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/tarbiyah/09/01/07/24726-penyeimbang-duniawi-dan-ukhrowi;
Rabu, 07 Januari 2009 21:28 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar