PESANTREN, MADRASAH, DAN SEKOLAH

PENJELAJAHAN RECITAL, INTELEKTUAL, DAN SPIRITUAL TAK BERTEPI

Home | Sastra Muslim | Dunia Islam | Studi al-Qur'an | Semiotika | Cross Cultural Understanding

Senin, 08 November 2010

Keunggulan Kurikulum Pesantren Darunnajat: Menempa Santri dengan Tahajud


Sebaiknya bila umat Islam tak hanya mengetahui syariat atau aturan dalam agama, melainkan juga memahami apa hakikat di balik syariat tersebut. Pemikiran inilah yang mendasari Pondok Pesantren (Ponpes) Darunnajat yang terletak di Desa Pruwatan, Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, untuk memulai kiprahnya. Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Darunnajat, KH Aminuddin Masyhudi, menuturkan bahwa sejak awal ia memang terobsesi mengajarkan ilmu agama kepada para santrinya. Tidak hanya menekankan pada sisi syariat, melainkan juga mengarahkan mereka untuk mengerti hakikat dari perintah dalam ajaran agama tersebut. "Dengan demikian mereka akan merasakan hal yang lebih dari sekadar menjalankan syariat," paparnya.

Aminuddin lebih lanjut menyontohkan, ketika berpisah dengan Ramadhan, banyak Muslim yang bersuka cita telah menyelesaikan ibadah tersebut. Hal itu, katanya, boleh saja dilakukan sebagai tanda syukur kepada Allah. Namun, bagaimana agar umat Islam juga mendapat pemahaman yang tidak hanya sebatas itu. Mereka, tak semestinya hanya memikirkan kemampuan untuk menjalankan ibadah puasa. Secara hakikat seorang Muslim mestinya bersedih dengan berlalunya bulan Ramadhan. Pasalnya, ibadah yang dilakukan pada bulan penuh berkah itu dinilai berlipat oleh Allah SWT dan hal itu tak berlaku lagi setelah Ramadhan usai. ''Muslim yang mengerti hakikat, perpisahan itu merupakan sebuah bencana bagi dirinya. Bukankah selama Ramadhan mereka mendapatkan hitungan pahala yang berganda, namun kini hitungan berganda telah berkurang,'' jelasnya.
Bagaimana mengondisikan para santri untuk mencapai harapan tersebut? Aminuddin menyatakan, sebelum para santri belajar di ponpes, mereka diminta meluruskan niatnya agar tidak semata-mata ingin mendapatkan ijazah. Pasalnya, dalam praktik belajar sehari-hari Darunnajat lebih menekankan penempaan batin dalam mendorong para santrinya memiliki kedekatan dengan Allah. Tak hanya mengkaji kitab kuning sebagai rujukan utama, atau mengetahui hukum halal dan haram, tapi mereka pun diajak menjalankan tuntunan agama secara intens dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mereka secara rutin diajak untuk mengaji dan menunaikan shalat malam. "Ini akan membuat batin mereka menjadi tenteram dan memiliki kekuatan untuk menjalani dan memecahkan masalah kehidupan yang mereka hadapi."
Sebelum belajar di Ponpes Darunnajat, para santri baru diwajibkan mengikuti kegiatan orientasi. Hal ini dilakukan agar mereka tak merasa kaget dengan kegiatan ponpes. Bisa jadi mereka akan menjalani kegiatan yang tak biasa dilakukan sebelumnya, shalat Tahajud misalnya. Namun kemudian mereka kelak akan terbiasa bangun di sepertiga malam. Bahkan pihak pesantren membentuk petugas khusus untuk kegiatan shalat Tahajud ini. Aminuddin menyatakan bahwa latihan ini memang terasa sangat berat, maka dibutuhkan keteladanan dari pimpinan maupun pengajar Ponpes Darunnajat. "Alhamdulillah dengan keteladanan, para santri dengan semangat dan tabah menjalani kegiatan tersebut."
Selain kajian kitab kuning, Darunnajat juga melaksanakan kegiatan belajar mengajar seperti sekolah lainnya. Ponpes ini tidak hanya mengadopsi kurikulum dari Departemen Agama (Depag), tetapi juga menambahkan dengan muatan lokal. Bahasa Arab dan Inggris diajarkan sebagai muatan lokal. Dan kedua bahasa ini wajib digunakan sebagai bahasa komunikasi antarsantri. Meski, kata Aminuddin, aturannya tak seketat yang diterapkan di pondok pesantren lainnya, seperti di Gontor. Karena itu, ia pun mengakui keterbatasan kemampuan para santrinya dalam berbicara bahasa Inggris; terlebih lagi ketrampilan menulisnya.
Meski demikian, Darunnajat tetap berupaya meningkatkan kwalitas pendidikan para santri dengan menyediakan staf pengajar yang berkompeten dalam bidangnya. Di antara para pengajar yang ada adalah alumni dari Ponpes Darussalam Gontor yang sangat populer di tanah air, Univeristas Islam Negeri, maupun alumni Darunnajat sendiri. Tak hanya itu. Ponpes Darunnajat juga memberikan kegiatan ekstrakurikuler kepada para santrinya dengan memberikan pelajaran komputer. Mereka juga dilibatkan dalam organisasi santri yang bernama Perhimpunan Santri Darunnajat (Persada). Melalui Persada itu, para santri dapat berlatih mengelola koperasi dan unit kegiatan lainnya.
Ihwal keberadaan ponpes yang dimpimpinnya sekarang, Aminuddin mengisahkan bahwa ponpes itu bermula dari pengajian yang diadakan kakeknya ketika ia masih kecil. Sang kakek, KH Abdul Ghani, pernah berucap bahwa di daerah ia tinggal kelak berdiri sebuah pasar. Semula ia tak mengerti apa yang dimaksudkan kakeknya itu. Ternyata maksud kakeknya adalah pasar ilmu, yang tak lain adalah pesantren yang diasuhnya sekarang ini. Kegiatan itu pun kemudian dilanjutkan oleh ayahnya pada 1935. Seiring dengan obsesinya dalam menularkan ilmunya kepada para santri, Aminuddin kemudian memimpin dan mengelola pengajian itu yang akhirnya menjadi sebuah pondok pesantren.
Ia sendiri sebelum akhirnya memimpin pondok pesantren, membekali diri dengan ilmu pengetahuan agama. Pada 1967-1968, ia menempuh ilmu di Pesantren Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur. Selepas itu, ia pun menggali potensinya di Ponpes Darussalam, Gontor, Ponorogo, pada 1973. Setahun kemudian ia belajar di Assyafiiyah, Jakarta. Tampaknya, rasa dahaga Aminuddin akan ilmu agama belum juga terpuaskan. Ia kemudian memutuskan berangkat ke Kairo dan bermukim di sana selama empat tahun.
Usai belajar di Kairo, ia memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya, di Desa Pruwatan. Aminuddin tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia mulai turut serta menularkan ilmunya kepada jamaah pengajian yang dikelola sang ayah, KH Masyhudi, di sekitar dan luar Desa Pruwatan, setiap malam. Tak hanya itu, ia pun menularkan kemampuan berbahasa kepada mereka. Hasilnya, tahun 1984 menjadi sebuah tonggak sejarah yang tak dapat dilupakan karena ia mampu menampilkan delapan orang asuhannya untuk berpidato bahasa Inggris, Arab, dan Belanda dalam sebuah lomba. Mereka pun meraih kemenangan. Sejak saat itu pengembangan dilakukan, baik sarana untuk belajar dan kegiatan lainnya. Kini pesantrennya telah berkembang cukup pesat untuk ukuran Bumiayu. Darunnajat telah memiliki madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah, dan aliyah. Santrinya pun kian bertambah, hingga sekarang Darunnajat memiliki tak kurang dari 1.000 santri. Mereka tak hanya datang dari dari daerah Pruwatan dan Bumiayu saja, melainkan juga ada dari Tegal, Brebes, Losari, Cirebon, Medan, Palembang, dan Kalimantan. 

ferry kisihandi/dokrep/Desember 2003
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/tarbiyah/09/01/07/24730-menempa-santri-dengan-tahajud; Rabu, 07 Januari 2009 22:36 WIB
Diposting oleh Dadan Rusmana di 15.02
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: kurikulum Pesantren, Titian Muhibah Dunia Pesantren

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

PROFIL

  • Dadan Rusmana
  • Unknown

Terjemahkan Blog Ini

Raga Berjarak, Hati Tetap Bersatu. Selamat Berbagi dan bersaudara Fillah
DAFTAR ISI

PENDIDIKAN ISLAM

  • Kebijakan Tentang Pendidikan (4)
  • Kurikulum Pendidikan Islam (2)
  • Manajemen Pendidikan Islam (3)
  • Pendidikan Islam (18)
  • Pendidikan Islam dan Radikalisme (1)
  • Pendidikan Islam di Amerika dan Eropa (6)
  • Pendidikan Karakter (1)
  • Standar Nasional Pendidikan (2)
  • Tokoh Pendidikan Islam Indonesia (3)

PESANTREN

  • Kebijakan Tentang Pesantren (2)
  • Pesantren (27)
  • Pesantren dan Radikalisme (6)
  • Titian Muhibah Dunia Pesantren (3)
  • kurikulum Pesantren (6)

MADRASAH

  • Kebijakan Tentang Madrasah (7)
  • Madrasah (17)
  • Madrasah Aliyah (3)
  • Madrasah Bertaraf Internasional (1)
  • Madrasah Ibtidaiyah (1)
  • Madrasah Tsanawiyah (1)
  • Madrasah di Asia Selatan (1)

SEKOLAH

  • Sekolah (5)

Tema Lainnya

  • Indeks Pembangunan Indonesia (2)
  • Kelamahan Pendidikan di Indonesia (1)
  • Niat mencari ilmu (1)
  • Perguruan Tinggi (5)
  • Profesionalisme Guru (1)
  • UN (1)

Entri Populer

  • Sorogan dan Bandungan: Sistem Klasik Pendidikan di Pesantren
  • Beberapa Kelemahan Dunia Pendidikan di Indonesia
  • Pendidikan Islam di Eropa: Jerman
  • MADRASAH DI INDONESIA: SEKOLAH TERBAIK
  • Beberapa Cara Salah Mendidik Anak
  • Indeks Pembangunan Manusia Indonesia: Masih Tetap di Jajaran Bawah

ARSIP TULISAN

  • ►  2014 (8)
    • ►  Februari (3)
      • ►  Feb 13 (1)
      • ►  Feb 11 (2)
    • ►  Januari (5)
      • ►  Jan 18 (5)
  • ►  2013 (6)
    • ►  November (3)
      • ►  Nov 27 (1)
      • ►  Nov 19 (1)
      • ►  Nov 13 (1)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 26 (1)
    • ►  Agustus (2)
      • ►  Agu 27 (1)
      • ►  Agu 22 (1)
  • ►  2012 (7)
    • ►  Juni (1)
      • ►  Jun 06 (1)
    • ►  Mei (1)
      • ►  Mei 30 (1)
    • ►  Februari (1)
      • ►  Feb 01 (1)
    • ►  Januari (4)
      • ►  Jan 22 (4)
  • ►  2011 (55)
    • ►  Desember (7)
      • ►  Des 20 (2)
      • ►  Des 14 (1)
      • ►  Des 13 (1)
      • ►  Des 07 (2)
      • ►  Des 02 (1)
    • ►  November (16)
      • ►  Nov 30 (1)
      • ►  Nov 28 (3)
      • ►  Nov 26 (3)
      • ►  Nov 25 (1)
      • ►  Nov 22 (3)
      • ►  Nov 20 (2)
      • ►  Nov 19 (1)
      • ►  Nov 10 (1)
      • ►  Nov 08 (1)
    • ►  Oktober (10)
      • ►  Okt 30 (1)
      • ►  Okt 28 (2)
      • ►  Okt 27 (2)
      • ►  Okt 23 (3)
      • ►  Okt 15 (1)
      • ►  Okt 01 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 29 (1)
    • ►  Agustus (1)
      • ►  Agu 03 (1)
    • ►  Juli (4)
      • ►  Jul 31 (1)
      • ►  Jul 18 (1)
      • ►  Jul 14 (1)
      • ►  Jul 07 (1)
    • ►  Juni (4)
      • ►  Jun 17 (1)
      • ►  Jun 16 (1)
      • ►  Jun 08 (1)
      • ►  Jun 02 (1)
    • ►  Mei (4)
      • ►  Mei 23 (1)
      • ►  Mei 21 (1)
      • ►  Mei 20 (1)
      • ►  Mei 16 (1)
    • ►  April (3)
      • ►  Apr 25 (1)
      • ►  Apr 23 (1)
      • ►  Apr 22 (1)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 01 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 07 (1)
      • ►  Feb 04 (1)
    • ►  Januari (2)
      • ►  Jan 23 (1)
      • ►  Jan 13 (1)
  • ▼  2010 (16)
    • ►  Desember (3)
      • ►  Des 30 (1)
      • ►  Des 29 (1)
      • ►  Des 15 (1)
    • ▼  November (4)
      • ►  Nov 21 (1)
      • ►  Nov 16 (1)
      • ▼  Nov 08 (1)
        • Keunggulan Kurikulum Pesantren Darunnajat: Menempa...
      • ►  Nov 05 (1)
    • ►  Oktober (7)
      • ►  Okt 30 (1)
      • ►  Okt 29 (1)
      • ►  Okt 28 (1)
      • ►  Okt 24 (1)
      • ►  Okt 22 (1)
      • ►  Okt 14 (2)
    • ►  September (2)
      • ►  Sep 30 (1)
      • ►  Sep 29 (1)

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Daftar Blog

  • Critical Muslims
    Syrian Muslim intellectual and critic Muhammad Shahrur (Shahrour) (1938-2019)
  • EKSOTISME DUNIA ISLAM
    Islam Jadi Agama Terbesar Kedua di 20 Negara Bagian AS
  • SASTRA MUSLIM
    HARI YANG DIJANJIKAN: NAJIB KAILANI
  • STUDI AL-QUR'AN
    Keseimbangan Angka-angka Dalam Al Qur’an
  • SEMIOTIKA

Tulisan dan Karya Terbaru tentang Pesantren dan Madrasah

  • Manajemen Pesantren_ A. Halim dkk (Ed)
  • Masa Depan Pesantren_Dr. In'am Sulaiman, M.Pd

INFO LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

  • INFO PESANTREN DI INDONESIA

Meniti Harapan

Meniti Harapan
dadanrusmana2011. Diberdayakan oleh Blogger.