Perkembangan Madrasah di Singapura: Overview
Madrasah di Singapura mengalami perkembangan cukup pesat pada tahun
1990-an seiring dengan meningkatnya antusiasme masyarakat muslim Singapura
untuk menyebarkan nilai-nilai ke-Islam-an. Selain itu, keberadaan kaum imigran,
terutama dari Arab dan India Muslim, telah mendorong perkembangan madrasah ini,
dengan berdirinya madrasah-madrasah untuk memberikan pendidikan bagi anak-anak
imigran. Selain hal tersebut, “campur tangan” pemerintah untuk mengatur
keberadaan madrasah ini pun turut andil mendongkrak popularitas madrasah ini.
Keberadaan madrasah di negeri ini semakin mendapat sorotan kalangan pemerintah dan masyarakat multi-etnik dan multi-agama Singapura pasca peristiwa keruntuhan WTC, 11 September. Sebagaimana terjadi di negara-negara lainnya, ketika Muslim dan Islam diidetikkan dengan teroris(me), maka salah satu kecurigaan masyarakat dan pemerintah diarahkan ke Madrasah (dan pesantren). Hal ini karena Islam garis keras di Asia Tengah (Afghanistan, Iran), Asia Selatan (India, Pakistan), dll berasal dari madrasah. Kemudian terjadilah pengidentikkan karakter seluruh Madrasah sebagai representasi dari Islam garis keras (bahkan teroris). Untuk kasus Singapura, karena kedekatan dengan wilayah Indonesia yang kerap juga madrasah dan pesantrennya dicitrakan terkait "terorisme", maka madrasah di Singapura pun mendapat sorotan dan kecurigaan serupa. Namun, di tengah-tengah pencitraan pejoratif seperti ini, madrasah di Singapura tetap bertahan da berkembang.
Keberadaan madrasah di negeri ini semakin mendapat sorotan kalangan pemerintah dan masyarakat multi-etnik dan multi-agama Singapura pasca peristiwa keruntuhan WTC, 11 September. Sebagaimana terjadi di negara-negara lainnya, ketika Muslim dan Islam diidetikkan dengan teroris(me), maka salah satu kecurigaan masyarakat dan pemerintah diarahkan ke Madrasah (dan pesantren). Hal ini karena Islam garis keras di Asia Tengah (Afghanistan, Iran), Asia Selatan (India, Pakistan), dll berasal dari madrasah. Kemudian terjadilah pengidentikkan karakter seluruh Madrasah sebagai representasi dari Islam garis keras (bahkan teroris). Untuk kasus Singapura, karena kedekatan dengan wilayah Indonesia yang kerap juga madrasah dan pesantrennya dicitrakan terkait "terorisme", maka madrasah di Singapura pun mendapat sorotan dan kecurigaan serupa. Namun, di tengah-tengah pencitraan pejoratif seperti ini, madrasah di Singapura tetap bertahan da berkembang.
Kini, terdapat beberapa Madrasah di Singapura yang terdapftar sebagai
madrasah (yang diakui Negara setara sekolah negara), yakni 1) Madrasah
al-Irsyad al-Islamiah, 2) Madrasah al-Arabiyyah al-Islamiah (Primary and
Secondary), 3) Madrasah al-Junied al-Islamiah, 4) Madrasah Wak Tanjong
al-Islamiah, 5) Madrasah al-Sagoff al-‘Arabiyyah (semua perempuan), 6) Madrasah
al-Ma’arif al-Islamiah (Semua perempuan). Sejarah madrasah-madrasah tersebut
dapat dideskripsikan secara singkat sebagai berikut.
- Madrasah mulai di Singapura pada tahun 1912 ketika
Madrasah Al-Arabiah Alsagoff dibangun di Jalan Sultan. Madrasah
ini dibangun oleh keluarga seorang pengusaha Arab kaya, Syed Mohamed
Alsagoff, dan dibangun secara anumerta/ didedikasikan untuk Mohammed
al-Sagoff.
- Kemudian pada tahun 1927, Madrasah Aljunied
dibangun di Victoria Street. Madrasah ini didirikan oleh Syed
Abdur-Rahman bin Junied Aljunied, wali dari wakaf (endowment muslim)
Syed Omar bin Ali Aljunied. Syed Omar juga seorang pedagang terkenal
pada waktu itu.
- Madrasah Al-Maarif al-Islamiah kemudian
dibangun di Tanjong Katong pada tahun 1936. Madrasah ini pun dibangun
kembali di Ipoh Lane di 1939 oleh Omar Shaikh Bamadhaj. Madrasah itu
kemudian dikelola oleh Kiyai Muhammad Fadhlullah Suhaimi. Hingga
kini, tanah wakaf dan madrasah ini dikelola oleh keluarga Suhaimi.
- Syaikh Umar juga mendirikan madrasah Bamadhaj lain di
Hard Hillside bernama Madrasah Al-Arabiah Al-Islamiyah. Madrasah
Ini sempat hancur dalam kebakaran sekitar sepuluh tahun lalu. Sejak
itu berfungsi di tempat Ikatan (Association) Muhammadiyah di 14
Jalan Selamat. Sejak April 2005, semua siswa Madrasah Tsanawiyah (sekunder)
telah dipindahkan ke Lorong 13 Geylang dengan selesainya gedung baru
sementara siswa utama masih tetap di Jalan Selamat.
- Lain madrasah dibangun pada 1955 itu Madrasah Wak
Tanjong Al-Islamiyah.Sebuah upaya penggalangan dana besar diluncurkan pada
1987 dan pada tahun 1993 sejak saat itu telah dipugar menjadi bangunan
modern baru yang sekarang di 589 Sims Avenue.
- Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyah didirikan pada tahun
1947, sebelumnya terletak di Jalan 67-6 Hindhede dan terdaftar pada tahun
1960 oleh Mr Basri bin Ahmad. Muis mengambil alih kepemilikan pada
tahun 1991. Itu bergeser dan tinggal sementara di Bukit Panjang
mantan Sekolah Dasar di Jalan Km 17 Woodlands mana t dia sewa
berakhir pada tahun 1996. Hal ini sekarang di gedung lain di No 9
disewakan, Winstedt Road.
Catatan: Selain
enam madrasah yang disebutkan di atas, ada madrasah masjid yang berdampingan di
masjid-masjid yang dibangun oleh penduduk Muslim awal pulau, seperti Madrasah al-Tahzibiyyah al-Islamiah Madrasah Haji Mohd
Salleh, dan Madrasah Kindergarten Zulfa.
Kebanyakan madrasah dibangun di atas filantrofi (hibah, wakaf [Muslim’s
endowment]) umat Islam Singapura, MUIS, dan lainnya. Misalnya, al-Sagoff, al-Ma’arif,
dan al-Khairiyyah berdiri di atas tanah wakaf. Sedangkan madrasah lainnya telah
diakuisisi oleh pemerintah Singapura. Untuk meningkatkan peran dan kualitas madrasah ini, Majelis Ulama
Islam Singapura (MUIS) dan komite (pengelola) madrasah mengembangkan program Madrasah
Strategic Unit (MSU). Semua madrasah diatur berdasarkan undang-undang
pendidikan. Menurut Pasal 87 dan 88 dari UU Administrasi hukum Islam, kontrol
madrasah berada di bawah MUIS. Para komite pun harus terdaptar di Departemen
Pendidikan (MOE) yang diperbaharui setiap dua tahun sekali.
Andil madrasah pun tidak dapat dikucilkan dalam pembangunan Singapura
dalam berbagai sektor. Hal ini dinyatakan oleh Majelis Ulama Islam Singapura
(MUIS), “The
madrasah in Singapore have been instrumental in developing Islamic scholars who
are currently holding key appointments in the religious sector namely the
Registry of Muslim Marriages, Syariah Court, mosques and madrasahs in Singapore
as well as the region.”
Madrasah Singapura Berkurikulum Moderen:
Kasus al-Irsyad
Para siswa diajarkan berbagai mata
pelajaran dalam pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab. Mata pelajaran lainnya
menyesuaikan dengan matpel dasar sekolah Negara, seperti Bahasa Inggris, Bahasa
Melayu, Matematika, dll.
Selain para siswa mempelajari agama
Islam sementara mereka juga mempelajari subjek-subjek non Islam, membuat
madrasah Al-Irsyad Al Islamiah di Singapura menjadi contoh pendidikan Islam
yang sejalan dengan dunia modern di negeri singa tersebut. "Ini seperti
halnya American Idol," ujar Razak Mohamed Lazim, kepala Al-Irsyad seperti
yang dikutip oleh New York Times, 23 April. Di dalam sekolah siswa memulai
harinya dengan doa dan puja-puji shalawat terhadap Nabi Muhammad. Saat di
kelas, siswa mempelajari subjek agama seperti halnya mata pelajaran lain,
seperti Bahasa Inggris, Matematika, dan mata pelajaran lain sesuai kurikulum
nasional. "Di sini, mereka mengajari banyak hal dari sekedar belajar
Islam," ujar Noridah Mahad, 44, salah satu orang tua siswa yang bersekolah
di sana. "Sehingga siswa Muslim akan memahami dua hal: tentang Islam dan
tentang dunia luar," imbuhnya.
Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah sendiri
memiliki total siswa 900 orang mulai dari tingkat dasar hingga menengah. Demi
mengakomodasi kurikulum ganda, Islam dan nasional, sekolah memiliki waktu
sekolah tiga jam lebih panjang dari pada sekolah umumnya. Madrasah Al-Irsyad
menempati urutan pertama dari enam madrasah yang ada di Negeri Singa tersebut.
Selain menganut kurikulum modern,
institusi pendidikan Islam tersebut juga memiliki titik utama sebagai Islamic
Center dari Dewan Agama Islam Singapura, dewan penasihat yang memberi
masukan kepada pemerintah perihal urusan menyangkut Muslim. Al-Irsyad dipilih
untuk menjadi pusat "percontohan" ujar Razak yang juga menjadi
anggota dewan agama tersebut. Muslim di Singapura diperkirakan mencapai 450
ribu hingga 500, menjadi 14 hingga 15 persen dari total populasi.
Banyak lulusan dari Al-Irsyad mengaku
beruntung bersekolah di institusi tersebut. "Ada yang menjadi pegawai
pemerintahan, beberapa lagi menjadi guru dan ada pula yang bekerja di layanan
sipil," ujar Mohamed Muneer, 32 tahun, guru kimia di Al-Irsyad. "Keseimbangan
antara mata pelajaran Islam dan umum sangat membantu siswa menjalani hidup
normal bila dibanding dengan siswa madrasah lain," ujarnya.
Madrasah di Singapura mengalami
peningkatan popularitas pada tahun 1990-an sejalan dengan ketertarikan baru
terhadap Islam. Hanya saja peningkatan itu sedikit menurun dengan miskinnya
pendidikan non-religius dalam mata pelajaran madrasah, hal yang sempat menjadi
perhatian negara. Pada 2003, pemerintah membuat kewajiban standar pendidikan
sekolah dasar untuk diikuti semua sekolah umum, mengikutkan pula madrasah, dan
memberi tenggat agar setiap sekolah memberikan standar dasar hingga tahun 2010.
Jika mereka gagal, mereka harus
menghentikan memberikan pendidikan dasar kepada anak-anak. "Peraturan tersebut
memaksa madrasah mengganti kurikulum mereka tak sekedar murni sekolah
agama," ujar Mukhlis Abu Bakar, ahli pendidikan madrasah di Institut
Pendidikan Nasional, sekaligus guru di Al Irsyad. Dilihat sebagai model
pendidikan Islam yang segelombang dengan dunia modern, Al-Irsyad kini bahkan
menjadi model bagi banyak sekolah serupa di kawasan Asia Selatan.
Dua madrasah di Indonesia pun ada yang mengacu
pada kurikulum Al-Irsyad. Institusi itu baru-baru ini juga melakukan
perbincangan kerjasama dengan madrasah Filipina dan Thailand dalam hal transfer
model kurikulum moderen. "Dunia Muslim secara umum tengah berjuang dalam
pendidikan Islam," ujar Razak. "Dalam banyak kasus, itu juga
tantangan yang dihadapi dunia Muslim, Karena sering kali kita lupa tidak
memasukkan kebutuhan Islam sebagai keyakinan yang harus hidup dan berinteraksi
di tengah-tengah komunitas lain dan agama lain," ujarnya./itz
Sumber:
1.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/09/04/24/46161-madrasah-singapura-berkurikulum-moderen;
Jumat, 24 April 2009 23:17 WIB
2.
www.muis.gov.sg/cms/.../Madrasahs.aspx?id...
assalamualaikum...
BalasHapusmaaf, saya mau tanya saya pengajar alquran di malaysia berasal dari indonesia, saya ingin sekali mengajar privat / tuisyen iqro dan alqur'an di singapura,
apakah saya bisa membuka kelas persendirian privat / tuisyen / kursus membaca alquran / bidang agama di singapura sebagaimana di malaysia?
apakah harus mendapat persetujuan dari pihak MUIS di sana?
berapa biaya sewa kamar perbulan dan biaya makan perbulan?
apakah boleh orang indonesia pasang iklan di koran koran mengenai bimbingan mengaji ini?
bagaimana dengan masalah visa disana? apakah ada agen visa sebagaimana di malaysia?
terimakasih atas jawabannya, elwidad@gmail.com