Drs. Suliswiyadi, M. Ag., (45 tahun) mengatakan, SLTA Muhammadiyah di
wilayah Kabupaten Magelang masih menerapkan pola pendidikan hasil
pemikiran Kyai Ahmad Dahlan. Dalam pemikirannya, Kyai Ahmad Dahlan pernah
menyampaikan bahwa, pelajaran agama pada sekolah-sekolah H I K Muhammadiyah
adalah pelajaran yang memberikan bekal ibadah bagi diri anak didik dan kepada
Tuhan. Pelajaran agama adalah syarat-syarat untuk menunaikan dan menjalankan
rukun iman, melakukan rukun Islam, dan mengajarkan akhlak budi pekerti yang
baik sebagai kewajiban seorang Islam. Kyai Ahmad Dahlan juga mengatakan,
“dengan terus terang kami akui, kami membuat satu perguruan
Muhammadiyah yang kelah dapat diserahi sekolah schakel, H I S dan kursus
Belanda. Maka H I K Muhammadiyah harus terus dijaga dan tunjukkan kepada anak
didik berbagai macam pengetahuan seperti H I K openbaar. Pelajaran agama
hendaknya menjadi rukun hidup bagi semua anak didik. Pemikiran Kyai Ahmad
Dahlan tersebut sampai saat ini masih melekat menjadi pembelajaran keberagamaan
di SLTA di wilayang Kabupaten Magelang.
Temuan tersebut diperoleh Dosen Universitas Muhammadiyah Magelang, yang
juga aktif menjadiAssesor Badan
Akreditasi Nasional Pendidikan Non-Formal ini, setelah melakukan
penelitian empiris dengan pendekatan fenomenologi terhadap sekolah-sekolah
(SLTA) Muhammadiyah di wilayah Kabupaten Magelang. Riset yang menjadi karya
disertasi putra kelahiran Semarang berjudul “Pengembangan
Nilai Keberagamaan Pada Pendidikan Agama di SLTA Muhammadiyah Kabupaten
Magelang” dipertahankan
di hadapan Tim penguji antara lain : Dr. Sekar Ayu Aryani, MA., Prof. Dr.
Abdurrahman Assegaf, M. Ag., M. Agus Nuryatno, MA., Ph.D., Prof. Dr. Hj.
Darmiyati Zuhdi, M. Ed., Prof. Dr. H. Sodiq A. Kuntoro, M. Ed., (Promotor
merangkap Penguji) dan Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, SU., (Promotor merangkap
Penguji), Senin, 31 Oktober 2011. Dengan karya disertasinya ini,
Suliswiyadi berhasil meraih Gelar Doktor Bidang Ilmu Agama Program Pascasarjana
UIN Sunan Kalijaga, dengan predikat “Sangat Memuaskan”
Dalam abstraksi disertasinya, promovendus memaparkan, sampai saat ini,
misi dan pola pembelajaran SLTA Muhammadiyah hasil risetnya di wilayah Magelang
masih sesuia dengan pemikiran Kyai Ahmad Dahlan. Yakni : untuk mengembangkan
moral, kemandirian individu, dan perbaikan Sosial. Bentuk keberagamaan siswa
berdasarkan prosentasi inventori menunjukkan, 40% pembelajaran masuk tipologi
Munu (memelihara tradisi di luar Islam murni dan berorientasi magis). 28% isi
pembelajaran sinkron dengan pemikiran Kyai Ahmad Dahlan (konsisten pengalaman
Islam murni, tetapi lebih inklusif dan toleran). 16% Al Ikhlas (skripturalis
dan tekstual pemahaman Islam Murni). 14% Munas (sinkretis yang terbuka dan
pragmatis). Ada penggabungan dua tipologi Kyai Ahmad Dahlan dan Al Ikhlas
menjadi 44%, menunjukkan jika keberagamaan para siswa SLTA Muhammadiyah secara
konteks masih dalam kategori pengalaman Islam murni.
Sementara, praktek pendidikan agama pada SLTA Muhammadiyah berlangsung
melalui proses pembelajaran sosial, kurikuler dan ekstra kurikuler. Kegiatan
pembelajaran dilaksanakan dengan cara penciptaan suasana belajar yang kondusif,
dalan setting kurikulum tersembunyi. Sehingga secara
signifikan berpengaruh terhadap pembentukan kesadaran keberagamaan para siswa.
Menurut Promovendus, model pembelajaran agama di SLTA Muhammadiyah
diselenggarakan secara kontekstual dan din amis. Secara perspektif,
kontekstualisasi pembelajaran direkonstruksi dengan pendalaman pada tindakan
refleksi dan transformasi melalui tahapan operasional pembelajaran refleksi –
transpormatif (dalam konteks belajar, pengalaman, refleksi, aksi, dan
evaluasi). Proses pembelajaran seperti ini, jelas promovendus, masih cocok dan
sejalan dengan arah dasar pendidikan Muhammadiyah warisan Kyai Ahmad
Dahlan. Yaitu proses seseorang mentransformasikan diri secara substantif,
sehingga peserta didik bisa menjadi manusia yang lebih religius dan humanis.
Dan pola pemikiran Kyai Ahmad Dahlan ini ternyata masih efektif diterapkan
sampai sekarang untuk mendidik dan mengembangan nilai keberagamaan
anak didik.
Promovendus berharap, pola pembelajan dan pengembangan nilai
keberagamaan warisan Kyai Ahmad Dahlan yang selalu melibatkan praktek kegiatan
formal dan informal dalam setiap sesi pembelajarannya ini, dapat
dijadikan panutan di sekolah-sekolah lain. Selain itu, putra kelahiran Semarang
ini juga berharap, pola pembelajaran dan pengembangan nilai keberagamaan ala
Kyai Ahmad Dahlan ini dapat dijadikan acuan lembaga-lembaga pendidikan tinggi
Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam, agar mendesain Standar
Kompetensi Pendidikan Agama yang memiliki wawasan dan kompetensi pendidikan
nilai dengan desain hidden kurikulum bagi tumbuhnya kesadaran
belajar serta merumuskan rancang bangun model pembelajaran agama reflektif
transformatif. Tegas Promovendus. (Humas UIN Sunan Kalijaga; http://www.uin-suka.ac.id/berita/dberita/473
Tidak ada komentar:
Posting Komentar