PESANTREN, MADRASAH, DAN SEKOLAH

PENJELAJAHAN RECITAL, INTELEKTUAL, DAN SPIRITUAL TAK BERTEPI

Home | Sastra Muslim | Dunia Islam | Studi al-Qur'an | Semiotika | Cross Cultural Understanding

Selasa, 22 November 2011

Siapkah Pesantren dan Madrasah Menerima Siswa Non-Muslim???


Perhelatan mengenai apakah pesantren dan madrasah boleh menerima siswa non-muslim terus bergulir. Pro dan kontra pun muncul merespon wacana tersebut. Sebagian orang memandang bahwa pesantren dan madrasah adalah lembaga pendidikan terbuka dan inklusif, karenanya tidak ada alasan bagi kedua lembaga tersebut untuk menolak siswa dari kalangan non-muslim, terlebih bagi siswa (keluarga atau siapapun) yang mau mempelajari Islam atau bahkan hendak masuk Islam. Selama siswa (dan orang tuanya) tersebut mau menerima sistem yang diterapkan di madrasah dan pesantren, maka madrasah dan sekolah harus menerimanya dan memberikan pelayanan sebaik mungkin. 

Hanya persoalannya apakah madrasah dan pesantren siap untukmemberi pelayanan yang baik ketika ada siswa non-muslim di lingkungannya? Jawabannya, seharusnyalah kedua lembaga pendidikan Islam ini siap menghadapi kondisi tersebut. Hal ini serupa dengan kasus siswa-siswi Muslim yang sekolah di lembaga pendidikan non muslim, terutama sekolah-sekolah kristen. Banyak siswa muslim yang sekolah tersebut, tetapi tidak menemui kendala berarti ketika mengikuti pelajaran atau bersekolah dan mendapat pelayanan yang baik, kecuali "kekhawatiran" terjadinya konversi agama (sebagaimana dilontarkan oleh kalangan "kontra"). 
Bagi kalangan yang kontra, siswa non-muslim sebaiknya tidak melakukan studi di madrasah dan pesantren dengan alasan sistem pendidikan pesantren dan madrasah didesain  untuk kalangan muslim, sehingga ketika siswa non-muslim memasuki salah satu dari keduanya atau kedua-duanya dikhawatirkan akan teralienasi, termarginalisasi, dan "merasa hak asasinya terkooptasi". Misalnya, jika siswa non-muslim untuk ikut belajar pada mata pelajaran keislaman (terutama muatan lokal), maka itu dikhawatirkan dipersepsi sebagai "pemaksaan" konversi (perpindahan agama). Jika, ia menolak mengikutinya dengan alasan tidak sesuai dengan keyakinannya, maka apakah pihak sekolah dapat memaksanya? jika memaksanya, apakah pihak sekolah tidak akan disebut "melanggar HAM"? Selanjutnya, keberadaan siswa non-muslim, sedikit banyaknya, mengharuskan pihak pesantren dan madrasah mengubah kurikulumnya, setidaknya untuk mengcover sebagian pembelajaran bagi siswa non-muslim. 
------
REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Ulama Sumatera Barat, Buya Mas'oed Abidin, mengisyaratkan semestinya sudah ada madrasah dan pesantren Islam yang mau menerima murid atau penuntut ilmu dari kalangan non muslim, sehingga tercipta pemahaman yang benar secara multikultural. "Sebab pendidikan multikultural bukan cara baru, dalam Islam terkenal keluasan pikir Rasullulah SAW ketika menawan musuh-musuh Quraisy yang belum Islam di Madinah," kata Buya Mas'oed Abidin di Padang, Senin.
Menurut Buya, ketika itu, karena di antara mereka (tawanan Rasullullah, red) ada yang tidak mempunyai kemampuan materi untuk membayar tebusan sebagai syarat pembebasan tersebut. Maka Rasulullah SAW, katanya, memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengajar sepuluh orang anak-anak Muslim sampai paham dan mengerti tulis baca dan berhitung (matematika). "Setelah mereka menyelesaikan tugas tersebut, maka mereka dimerdekakan," ujarnya hal ini suatu peristiwa historik bahwa guru-guru non Muslim pernah dan boleh mengajarkan ilmu praktis di sekolah Muslim. Peristiwa bersejarah tersebut, katanya, merupakan gambaran Islam melaksanakan sistem pendidikan multikultural.
Akan tetapi yang mesti dijaga adalah mereka guru-guru tersebut agar tidak mengajarkan akidah. "Dalam dunia modern atau sejak zaman Banil Ahmardi Spanyol dan Bhada masa Khulafak Rasyidin bahkan sampai sekarang di Mesir, Kairo menjadi tempat menuntut ilmu-ilmu Islam oleh penuntut thalabah non Muslim," katanya. Bahkan tidak sedikit yang tertarik mendalami dan memasuki akhirnya mentaati ajaran Islam tersebut. Perlu dipahami bahwa ilmu itu benar dan tegas. Ilmu tidak hanya milik satu keyakinan, ilmu adalah milik universal. "Makanya Rasul memerintahkan tuntutlah ilmu sejak dari ayunan hingga liang lahat dan menuntut ilmu itu wajib hukumnya," katanya.

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/11/10/17/lt7863-ulama-padang-pesantren-semstinya-terima-murid-nonmuslim
Senin, 17 Oktober 2011 14:15 WIB

Diposting oleh Dadan Rusmana di 15.03
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Madrasah, Pendidikan Islam, Pesantren

1 komentar:

  1. Anonim31 Agustus 2013 pukul 00.41

    masalahnya bang, ada peraturan yg mengatakan bahwa sekolah umum wajib menyediakan pelajaran agama sesuai agama yg dianut siswanya. nah sekarang kalangan muslim banyak yg protes thdp sistem sekolah non muslim/kristen yg tdk memberikan pelajaran non muslim, sedangkan setahu saya tidak ada pesantren, madrasah yg mau memberikan pelajaran non muslim juga, tapi tidak ada tuh yg protes.

    BalasHapus
    Balasan
      Balas
Tambahkan komentar
Muat yang lain...

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

PROFIL

  • Dadan Rusmana
  • Unknown

Terjemahkan Blog Ini

Raga Berjarak, Hati Tetap Bersatu. Selamat Berbagi dan bersaudara Fillah
DAFTAR ISI

PENDIDIKAN ISLAM

  • Kebijakan Tentang Pendidikan (4)
  • Kurikulum Pendidikan Islam (2)
  • Manajemen Pendidikan Islam (3)
  • Pendidikan Islam (18)
  • Pendidikan Islam dan Radikalisme (1)
  • Pendidikan Islam di Amerika dan Eropa (6)
  • Pendidikan Karakter (1)
  • Standar Nasional Pendidikan (2)
  • Tokoh Pendidikan Islam Indonesia (3)

PESANTREN

  • Kebijakan Tentang Pesantren (2)
  • Pesantren (27)
  • Pesantren dan Radikalisme (6)
  • Titian Muhibah Dunia Pesantren (3)
  • kurikulum Pesantren (6)

MADRASAH

  • Kebijakan Tentang Madrasah (7)
  • Madrasah (17)
  • Madrasah Aliyah (3)
  • Madrasah Bertaraf Internasional (1)
  • Madrasah Ibtidaiyah (1)
  • Madrasah Tsanawiyah (1)
  • Madrasah di Asia Selatan (1)

SEKOLAH

  • Sekolah (5)

Tema Lainnya

  • Indeks Pembangunan Indonesia (2)
  • Kelamahan Pendidikan di Indonesia (1)
  • Niat mencari ilmu (1)
  • Perguruan Tinggi (5)
  • Profesionalisme Guru (1)
  • UN (1)

Entri Populer

  • Sorogan dan Bandungan: Sistem Klasik Pendidikan di Pesantren
  • Beberapa Kelemahan Dunia Pendidikan di Indonesia
  • Pendidikan Islam di Eropa: Jerman
  • MADRASAH DI INDONESIA: SEKOLAH TERBAIK
  • Beberapa Cara Salah Mendidik Anak
  • Indeks Pembangunan Manusia Indonesia: Masih Tetap di Jajaran Bawah

ARSIP TULISAN

  • ►  2014 (8)
    • ►  Februari (3)
      • ►  Feb 13 (1)
      • ►  Feb 11 (2)
    • ►  Januari (5)
      • ►  Jan 18 (5)
  • ►  2013 (6)
    • ►  November (3)
      • ►  Nov 27 (1)
      • ►  Nov 19 (1)
      • ►  Nov 13 (1)
    • ►  Oktober (1)
      • ►  Okt 26 (1)
    • ►  Agustus (2)
      • ►  Agu 27 (1)
      • ►  Agu 22 (1)
  • ►  2012 (7)
    • ►  Juni (1)
      • ►  Jun 06 (1)
    • ►  Mei (1)
      • ►  Mei 30 (1)
    • ►  Februari (1)
      • ►  Feb 01 (1)
    • ►  Januari (4)
      • ►  Jan 22 (4)
  • ▼  2011 (55)
    • ►  Desember (7)
      • ►  Des 20 (2)
      • ►  Des 14 (1)
      • ►  Des 13 (1)
      • ►  Des 07 (2)
      • ►  Des 02 (1)
    • ▼  November (16)
      • ►  Nov 30 (1)
      • ►  Nov 28 (3)
      • ►  Nov 26 (3)
      • ►  Nov 25 (1)
      • ▼  Nov 22 (3)
        • Alquran dan Bhagavad Gita diajarkan Bersama di Mad...
        • Siapkah Pesantren dan Madrasah Menerima Siswa Non-...
        • Pemerintah Masih Diskrimatif Terhadap Madrasah Swa...
      • ►  Nov 20 (2)
      • ►  Nov 19 (1)
      • ►  Nov 10 (1)
      • ►  Nov 08 (1)
    • ►  Oktober (10)
      • ►  Okt 30 (1)
      • ►  Okt 28 (2)
      • ►  Okt 27 (2)
      • ►  Okt 23 (3)
      • ►  Okt 15 (1)
      • ►  Okt 01 (1)
    • ►  September (1)
      • ►  Sep 29 (1)
    • ►  Agustus (1)
      • ►  Agu 03 (1)
    • ►  Juli (4)
      • ►  Jul 31 (1)
      • ►  Jul 18 (1)
      • ►  Jul 14 (1)
      • ►  Jul 07 (1)
    • ►  Juni (4)
      • ►  Jun 17 (1)
      • ►  Jun 16 (1)
      • ►  Jun 08 (1)
      • ►  Jun 02 (1)
    • ►  Mei (4)
      • ►  Mei 23 (1)
      • ►  Mei 21 (1)
      • ►  Mei 20 (1)
      • ►  Mei 16 (1)
    • ►  April (3)
      • ►  Apr 25 (1)
      • ►  Apr 23 (1)
      • ►  Apr 22 (1)
    • ►  Maret (1)
      • ►  Mar 01 (1)
    • ►  Februari (2)
      • ►  Feb 07 (1)
      • ►  Feb 04 (1)
    • ►  Januari (2)
      • ►  Jan 23 (1)
      • ►  Jan 13 (1)
  • ►  2010 (16)
    • ►  Desember (3)
      • ►  Des 30 (1)
      • ►  Des 29 (1)
      • ►  Des 15 (1)
    • ►  November (4)
      • ►  Nov 21 (1)
      • ►  Nov 16 (1)
      • ►  Nov 08 (1)
      • ►  Nov 05 (1)
    • ►  Oktober (7)
      • ►  Okt 30 (1)
      • ►  Okt 29 (1)
      • ►  Okt 28 (1)
      • ►  Okt 24 (1)
      • ►  Okt 22 (1)
      • ►  Okt 14 (2)
    • ►  September (2)
      • ►  Sep 30 (1)
      • ►  Sep 29 (1)

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Daftar Blog

  • Critical Muslims
    Syrian Muslim intellectual and critic Muhammad Shahrur (Shahrour) (1938-2019)
  • EKSOTISME DUNIA ISLAM
    Islam Jadi Agama Terbesar Kedua di 20 Negara Bagian AS
  • SASTRA MUSLIM
    HARI YANG DIJANJIKAN: NAJIB KAILANI
  • STUDI AL-QUR'AN
    Keseimbangan Angka-angka Dalam Al Qur’an
  • SEMIOTIKA

Tulisan dan Karya Terbaru tentang Pesantren dan Madrasah

  • Manajemen Pesantren_ A. Halim dkk (Ed)
  • Masa Depan Pesantren_Dr. In'am Sulaiman, M.Pd

INFO LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

  • INFO PESANTREN DI INDONESIA

Meniti Harapan

Meniti Harapan
dadanrusmana2011. Diberdayakan oleh Blogger.