Mengkaji dua kitab suci atau "Comparative Study of Holy Book", saat ini, masih merupakan bagian dari aktivitas Perguruan Tinggi. Di Universitas Islam Negeri (UIN) dan lainnya di Indonesia, pengkajian dua kitab suci atau lebih merupakan kajian khusus bagi jurusan Perbandingan Agama atau Prodi Religious Studies. Namun, hal itu pun hanya sekilas saja, tidak dilakukan secara intensif dan mendalam. Umumnya, di PT yang diberi "label" keagamaan tertentu, seperti IAIN/UIN/STAI atau Theologia, dll hanya memokuskan kajiannya pada kitab suci umat beragama tertentu. Sekalipun ada perbandingan dengan kitab suci agama lainnya, tetapi proporsinya tidak sebanding.
Berbeda dengan hal di atas, di Varanasi-India, Madrasah yang nota bene sekolah menengah menjadikan al-Qur'an (Kitab Suci Agama Islam) dan Bhagavad Gita (Kitab Suci agama Hindu) dikaji bersama-sama, sebagaimana ditulis pada laporan Republika di bawah ini. Hal ini unik karena beberapa hal. Pertama, dilakuka di tingkat sekolah menengah. Kedua, al-Qur'an dan Bhagavad Gita berstruktur bahasa Arab dan Sansakerta klasik, tetapi diajarkan pada siswa yang berbahasa India dan Urdu Modern. Ketiga, usaha ini dibawah tekanan "polemik" yang luar biasa, terutama dari kalangan madrasah tradisional. Akankah usaha serupa dapat ditiru oleh lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Wallahu a'lam.
-----
REPUBLIKA.CO.ID, Varanasi (India) - Memegang Alquran dan Bhagavad Gita, salah satu kitab suci milik umat Hindu,
Mukhtar Ahmad sedang mengajar di "kelas harmoni komunal". Lelaki 58
tahun ini merupakan salah satu pengajar di Madrasah Bahrul Ulum, di distrik
Uttar Pradesh Varanasi, India. Ahmad melakukan ini agar siswa-siswanya bisa
menarik kesamaan antara Islam dan Hindu.
Di Madrasah itu,
Ahmad dan beberapa guru muslim lainnya menanamkan pelajaran nilai-nilai moral
pada siswa mereka. "Tujuan utama kami memberikan ajaran Hindu bersama
dengan Alquran adalah untuk melakukan studi perbandingan dua kitab suci. Kami
ingin memancing siswa-siswa untuk menarik kesamaan antara Islam dan
Hindu," kata Ahmad. Ia mengatakan, dengan memberikan kesamaan antara dua
agama, siswa akan mampu untuk mengkorelasikan ajaran Alquran, Bhagavad Gita dan
teks Hindu kuno. "Nantinya akan memungkinkan mereka untuk menghormati dua
agama dengan cara yang sama," tambahnya.
Mempelajari Kitab Suci
Hindu telah diperkenalkan satu tahun lalu dalam silabus di madrasah ini. Kisah
mula masuknya pelajaran ini di kurikulum berawal dari keinginan manajemen
sekolah yang tak hanya ingin mengingkatkan nilai-nilai akademik saja. Madrasah
harus bisa menanamkan nilai-nilai moral. Salah seorang guru mengusulkan untuk
memperkenalkan beberapa studi perbandingan dari Bhagavad Gita dengan Quran yang
sudah diajarkan kepada siswa. "Tujuannya adalah untuk membuat siswa menyerap
ajaran buku-buku agama," tambahnya.
Saat ini, tidak hanya
Bhagavad Gita, Weda, Sama, Yajur dan Atharva diajarkan untuk para siswa bersama
dengan mata pelajaran seperti Hindi, Inggris dan Ilmu Komputer. Madrasah ini
didominasi oleh orang islam. Tak satupun anak Hindu bersekolah di sini. Dengan
dimasukkannya kurikulum Hindu di Bahrul Ulum, pihak madrasah yakin tahun depan
mereka akan mendapatkan siswa beragama Hindu.
Redaktur: Ismail
Lazarde
Reporter: Dwi
Murdaningsih
Sumber: mid
day
Selasa,
22 November 2011 16:57 WIB
Mengkaji dua kitab suci atau "Comparative Study of Holy Book", saat ini, masih merupakan bagian dari aktivitas Perguruan Tinggi. Di Universitas Islam Negeri (UIN) dan lainnya di Indonesia, pengkajian dua kitab suci atau lebih merupakan kajian khusus bagi jurusan Perbandingan Agama atau Prodi Religious Studies. Namun, hal itu pun hanya sekilas saja, tidak dilakukan secara intensif dan mendalam. Umumnya, di PT yang diberi "label" keagamaan tertentu, seperti IAIN/UIN/STAI atau Theologia, dll hanya memokuskan kajiannya pada kitab suci umat beragama tertentu. Sekalipun ada perbandingan dengan kitab suci agama lainnya, tetapi proporsinya tidak sebanding.
Berbeda dengan hal di atas, di Varanasi-India, Madrasah yang nota bene sekolah menengah menjadikan al-Qur'an (Kitab Suci Agama Islam) dan Bhagavad Gita (Kitab Suci agama Hindu) dikaji bersama-sama, sebagaimana ditulis pada laporan Republika di bawah ini. Hal ini unik karena beberapa hal. Pertama, dilakuka di tingkat sekolah menengah. Kedua, al-Qur'an dan Bhagavad Gita berstruktur bahasa Arab dan Sansakerta klasik, tetapi diajarkan pada siswa yang berbahasa India dan Urdu Modern. Ketiga, usaha ini dibawah tekanan "polemik" yang luar biasa, terutama dari kalangan madrasah tradisional. Akankah usaha serupa dapat ditiru oleh lembaga pendidikan Islam di Indonesia. Wallahu a'lam.
-----
REPUBLIKA.CO.ID, Varanasi (India) - Memegang Alquran dan Bhagavad Gita, salah satu kitab suci milik umat Hindu,
Mukhtar Ahmad sedang mengajar di "kelas harmoni komunal". Lelaki 58
tahun ini merupakan salah satu pengajar di Madrasah Bahrul Ulum, di distrik
Uttar Pradesh Varanasi, India. Ahmad melakukan ini agar siswa-siswanya bisa
menarik kesamaan antara Islam dan Hindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar