Islam adalah "ajaran" (teaching) dan nilai ilahiyyah (divinity values) yang akan membawa manusia ke jalan keselamatan (salima= selamat, damai). Karenanya, mengajarkan Islam sama halnya dengan mengajarkan dan membumikan nilai-nilai keselamatan dan kedamaian. Kesalamatan dan kedamaian dari Islam ini adalah bersumber dari ketaatan kepada sang Khalik (Allah Swt) dan aktualisasi dari pemeluk Islam untuk menyebarkan kasih sayang dan anugerah dari Allah swt untuk semulia-mulianya kehidupan. Wajar apabila dikatakan bahwa keagungan Islam terletak pada keluhuran budi dan akhlaknya, sebagaimana Rasulullah bersabda bahwa "Tidaklah Aku di utus [ke muka bumi ini], terkecuali untuk menyempurnakan akhlak manusia". Dapat dikatakan pula bahwa inti ajaran Islam adalah "akhlak", yakni akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia, dan akhlak kepada alam.
Penanaman pendidikan Islam bagi generasi muda bangsa tidak akan bisa berjalan secara optimal dan konsisten tanpa dibarengi keterlibatan serius dari semua pihak". Kerusakan moral yang menimpa bangsa Indonesia sudah melewati tahap yang sangat membahayakan karena kerusakan moral tersebut sudah masuk di segala bidang dan dilakukan hampir seluruh komponen bangsa, baik pejabat negara maupun masyarakat umum.
Penanaman pendidikan Islam bagi generasi muda bangsa tidak akan bisa berjalan secara optimal dan konsisten tanpa dibarengi keterlibatan serius dari semua pihak". Kerusakan moral yang menimpa bangsa Indonesia sudah melewati tahap yang sangat membahayakan karena kerusakan moral tersebut sudah masuk di segala bidang dan dilakukan hampir seluruh komponen bangsa, baik pejabat negara maupun masyarakat umum.
Di
sini kita menyaksikan adanya suatu tragedi yang sungguh berseberangan dengan
nilai adat, budaya dan agama. Dengan mudahnya kita bisa menyaksikan perilaku
pemegang kekuasaan berbuat korupsi atau kelompok masyarakat yang tidak mau tahu
dengan segala bingkai moral. Pelanggaran moral baginya dirasakan enteng saja
meskipun pesan-pesan luhur yang sering didengarnya mengecam perilaku tersebut.
Apa sebenarnya yang salah dengan pendidikan kita?Di sini kita seakan
menyaksikan konsep dan cara kerja pendidikan umum yang tidak mampu membentuk
manusia-manusia yang bermoral.
Perlu
disadari bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat
telah memberi dampak mendalam dan melebar terhadap perubahan di segala bidang,
baik ekonomi, politik, sosial, budaya maupun pendidikan. Namun, pendidikan umum
saat ini nampaknya belum mampu memberikan perbaikan moral bagi umat manusia.
Padahal, sumbangsih moral sangatlah penting. Oleh karena itu, kita perlu
menanamkan pendidikan Islam bagi bangsa, terutama untuk generasi muda.
Kalau
kita mengkaji secara mendalam pendidikan Barat yang selama ini kita kenal dan
pelajari belum cukup memberikan suatu pencerahan yang bersifat transendental
(ketuhanan/kerohaniaan). Hal ini dikarenakan pendidikan Barat berbasis pada
filsafat atau paham Rasionalisme yang memiliki tiga tujuan utama. Pertama,
tujuan keilmuan. Artinya setiap orang memasuki sesuatu sekolah ia harus
memperoleh pengetahuan ilmu atau sains. Kedua, tujuan keterampilan
kerja, artinya, setiap lulusan sekolah harus mampu bekerja atau mampu melanjutkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yang pada akhirnya untuk bekerja
juga. Ketiga, tujuan kesehatan dan kekuatan fisik, artinya setiap
lulusan harus mengetahui cara sehat dan cara menjadi orang kuat.
Jadi,
sebenarnya kurikulum pendidikan Barat itu terdiri dari tiga materi pokok yaitu
materi kegiatan untuk tujuan penguasaan ilmu (sains), materi kegiatan untuk
tujuan penguasaan kemampuan kerja, dan materi kegiatan untuk tujuan sehat serta
kuat.
Tujuan
pendidikan Barat hampir tidak menyinggung pendidikan moral/akhlak. Akhirnya,
boleh dikatakan bahwa sistem pendidikan Barat sekarang ini sering mengalami
krisis yang akut. Itu tidak lain karena proses yang terjadi dalam pendidikan
yang hanya sekedar pengajaran yang bersifat duniawi semata tanpa memperhitungkan
ukhrawi. Bahkan, Ahmad Tafsir menyatakan bahwa peradaban barat dan sistem
pendidikannya hancur dan gagal dalam memanusiakan manusia berawal dari dasar
paradigma yang digunakan, yaitu Rasionalisme dan Materialisme.
Pendidikan
Islam
Filosofi
pendidikan Barat tentu berbeda dengan filosofi pendidikan dalam Islam. Dalam
Islam tujuan pertama dan utama pendidikan sekolah (juga pendidikan luar
sekolah) adalah pembentukan kepribadian dan akhlak seorang muslim. Al-Abrasyi
misalnya, menjelaskan bahwa kurikulum sekolah harus mendahulukan pembentukan
rohani atau hati. Ini berarti pelajaran ketuhanan atau akidah harus diberikan
(Al-Abrasyi, 1974:173-186). Ini pertama dan utama. Selanjutnya dijelaskan bahwa
al- Farabi, telah menempatkan ilmu ketuhanan sebagai pengetahuan tertinggi,
pengetahuan lainnya hanyalah penyerta pengetahuan tertinggi tersebut. Sedangkan
Al-Qurthubi menyatakan bahwa ahli-ahli agama Islam membagi pengetahuan menjadi
tiga tingkatan yaitu pengetahuan tinggi, pengetahuan menengah, dan pengetahuan
rendah. Pengetahuan tinggi ialah ilmu ketuhanan, menengah ialah pengetahuan
mengenai dunia seperti kedokteran dan matematika, sedangkan pengetahuan rendah
ialah pengetahuan praktis seperti bermacam-macam keterampilan kerja. Ini
artinya bahwa pendidikan iman/agama harus diutamakan.
Menurut
pandangan Islam pendidikan harus mengutamakan pendidikan keimanan. Pendidikan
di sekolah juga demikian. Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan yang tidak
atau kurang memperhatikan pendidikan keimanan akan menghasilkan lulusan yang
kurang baik akhlaknya. Akhlak yang rendah itu akan sangat berbahaya bagi
kehidupan bersama. Ia dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Lulusan sekolah yang kurang kuat imannya akan sangat sulit
menghadapi kehidupan pada zaman yang semakin penuh tantangan di masa mendatang.
Oleh
karena itu, mengingat pentingnya pendidikan Islam terutama bagi generasi muda,
semua elemen bangsa, terutama guru pendidikan Islam, perlu membumikan kembali
pendidikan Islam di sekolah-sekolah baik formal maupun informal. Ada tiga hal
yang harus secara serius dan konsisten diajarkan kepada anak didik. Pertama,
Pendidikan akidah/keimanan. Ini merupakan hal yang sangat penting untuk
mencetak generasi muda masa depan yang tangguh dalam imtaq (iman dan taqwa) dan
terhindar dari aliran atau perbuatan yang menyesatkan kaum remaja seperti
gerakan Islam radikal, penyalagunaan narkoba, tawuran dan pergaulan bebas
(freesex) yang akhir-akhir ini sangat dikhawatirkan oleh sejumlah kalangan.
Kedua,
Pendidikan ibadah. Ini merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan kepada
anak-anak kita untuk membangun generasi muda yang punya komitmen dan terbiasa
melaksanakan ibadah. Seperti shalat, puasa, membaca al-Quran yang saat ini
hanya dilakukan oleh minoritas generasi muda kita.
Bahkan,
tidak sedikit anak remaja yang sudah berani meninggalkan ibadah-ibadah wajibnya
dengan sengaja. Di sini peran orang tua dalam memberikan contoh dan teladan
yang baik bagi anak-anaknya sangat diperlukan selain guru juga harus menanamkan
secara mantab kepada anak-anak didiknya.
Ketiga,
Pendidikan akhlakul-karimah. Hal ini juga harus mendapat perhatian besar dari
para orang tua dan para pendidik baik lingkungan sekolah maupun di luar sekolah
(keluarga). Dengan pendidikan akhlakul-karimah akan melahirkan generasi
rabbani, atau generasi yang bertaqwa, cerdas dan berakhlak mulia.
Penanaman
pendidikan Islam bagi generasi muda bangsa tidak akan bisa berjalan secara
optimal dan konsisten tanpa dibarengi keterlibatan serius dari semua pihak.
Oleh karena itu, semua elemen bangsa (pemerintah, tokoh agama, masyarakat,
pendidik, orang tua dan sebagainya) harus memiliki niat dan keseriusan untuk
melakukan ini. Harapannya, generasi masa depan bangsa ini adalah generasi yang
berintelektual tinggi dan berakhlak mulia.(lin)
Sumber
: Bangka.tribunnews.com jumat 9 Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar